Banjar – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Selatan, Kamis (21/3/2019), menyelenggarakan kegiatan Integrasi Nilai-Nilai Agama dan Budaya di Sekolah dalam Menumbuhkan Harmoni Kebangsaan. Kegiatan bertema “Harmoni dari Sekolah” tersebut bertujuan mendorong guru mata pelajaran agama dapat membuat rancanngan pembelajaran yang mengedepankan sikap antiradikalisme.
Ketua Bidang Agama, Sosial, dan Budaya FKPT Kalimantan Selatan, Ridhahani Fidzi, dalam paparannya mengutip hasil survey Pusat Kajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, yang mengungkap tingginya angka keterpaparan radikalisme di kalangan guru agama. Kegiatan ini diharapkan tidak hanya mampu memberikan pemahaman yang benar tentang hubungan agama dan paham radikal terorisme, namun juga mendorong terciptanya rancangan pembelajaran antiradikalisme.
“Guru merupakan panutan, sehingga guru harus mampu menciptakan bahan pembelajaran yang damai, pembelajaran antiradikalisme bagi anak didiknya,” tegas Ridhahani.
Baca juga : BNPT Sosialisasikan Bahaya Hoaks dan Cara Mengatasinya ke Aparatur Desa di Ambon
Untuk menopang keberhasilan kegiatan tersebut, lanjut Ridhahani, BNPT dan FKPT Kalimantan Selatan telah menyiapkan narasumber dan fasilitator yang berkompeten, yaitu Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen. Pol. Hamli, Rektor UIN Antasari, Prof. Mujibburahman, dan Ketua Asosiasi Guru Pelajaran Agama Islam Indonesia, Mahnan Marbawi.
Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Selatan, H. Yusuf Effendy, dalam sambutan mewakili Gubernur mengatakan, banyak kisah keterpaparan radikal terorisme di kalangan anak muda. Kegiatan ini diharapkan mampu membendung terulangnya kejadian serupa, khususnya di Kalimantan Selatan.
“Tanggung jawab kita semua menjaga generasi penerus bangsa dari ancaman radikal terorisme. Karenanya Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sangat mendung dan mengapresiasi kegiatan semacam ini, semoga bisa menjaga generasi muda, khususnya di Kalsel agar tidak terseret masuk ke dalam jaringan pelaku terorisme,” ujar Yusuf.
Yusuf juga berpesan agar para guru peserta kegiatan serius menyerap pembelajaran yang disampaikan pemateri, sehingga mampu mengaplikasikannya dalam bahan ajar kepada anak didik. “Jangan jadikan kegiatan semacam ini hanya sekedar seremoni. Seriuslah belajar untuk menjaga keberlangsungan pembelajaran yang baik ke anak-anak kita,” pungkasnya. [shk/shk]