Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia
(BNPT RI) dan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)
perkuat sinergi untuk memberikan perlindungan pekerja migran Indonesia
dari praktik terorisme. Hal itu diwujudkan dengan Penandatanganan Nota
Kesepahaman (MoU) antara BNPT RI dan BP2MI di Jakarta, Senin
(13/11/2023).
Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny
Rhamdani menegaskan bahwa negara tak boleh lalai dalam perlindungan
bagi Pekerja Migran Indonesia dari praktik terorisme.
“Kita melindungi Pekerja Migran Indonesia dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Tidak boleh mereka terpapar paham transnasional, seperti
terorisme. Kerja sama dengan BNPT tentu sangat penting,” ujar Benny.
Benny menjelaskan, selama ini stigma publik terhadap pekerja migran
cenderung negatif, bahkan destruktif.
“Anggapannya bahwa Pekerja Migran Indonesia merupakan sumber masalah,
Pekerja Migran Indonesia merupakan pekerja rendahan. Potret Pekerja
Migran Indonesia dihadapkan pada belahan dunia yang sangat kontras.
Melemahkan Pekerja Migran Indonesia adalah kejahatan yang harus
diperangi,” kata Benny.
Sementara itu, Kepala BNPT Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel
menyebutkan bahwa jaringan teroris harus dicegah dari hulu hingga
hilir agar tidak mencemari para Pekerja Migran Indonesia yang sedang
berada di luar negeri.
“BP2MI telah mengubah paradigma masyarakat, yang mana dahulunya mereka
menganggap PMI sebagai orang-orang tidak punya pekerjaan lalu
diberangkatkan mencari kerja ke luar negeri, kini menjadi orang-orang
yang bekerja secara andal dan memiliki kompetensi serta bisa
menyumbangkan devisa untuk negara,” ujar Rycko.
Rycko menegaskan, Pekerja Migran Indonesia sudah seharusnya
diposisikan sebagai duta-duta pekerja yang bersih dari anasir-anasir
terorisme.
“Itu sebabnya, kesadaran harus perlu dibangun melalui sosialisasi dan
kerja yang konsisten yang nanti dilakukan BNPT dan BP2MI. Sel-sel
terorisme harus diamputasi,” katanya.
“Ideologi kekerasan yang dibalut dengan alasan agama jangan dibiarkan.
Harus kita perangi. Pekerja Migran Indonesia jangan sampai terjangkit
terorisme. Mari kita bangun awareness bahwa ada penguatan sel
terorisme melalui rekrutmen radikalisasi secara online. Ini harus kita
waspadai dan lawan,” tutup Rycko.