Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Subdit Penangkalan (Bina Dalam Masyarakat) pada Direktorat Deradikalisasi mengaku membutuhkan pendampingan dari para penyuluh agama dari Kementerian Agama yang berada di Kabupaten/Kota dalam menajalankan program deradikalisasi terhadap para mantan terorisme
Hal tersebut dikatakan Kasubdit Penangkalan, Isheri, S.Sos, MT saat menutup Rakor Gelombang I dalam rangka pendampingan sasaran deradikalisasi di masyarakat yang digelar BNPT bersama Kementerian Agama (Kemenag) yang berlangsung di salah satu hotel di Jakarta pada Rabu (15/11/2017) siang ini.
“Kami harapkan kegiatan deradikalisasi terhadap para mantan terorisme di daerah wilayah bapak ibu nanti juga bisa ikut mendampingi kami,” ujar Isheri.
Kasubdit mengakui kalau ini menjadi salah satu kelemahan BNPT yang tidak bisa memonitor mantan teroris di suatu daerah itu secara terus menerus karena keterbatasan seperti personil dan waktu karena untuk bertemu dengan para mantan teroris di satu tempat itu belum tentu bisa 2 bulan sekali
“Sehingga dengan kehadiran bapak ibu bisa memudahkan kegiatan BNPT. Mungkin bisa saya katakan tidak mudah. Karena sasaran deradikalisasi ini lebih unik karena kita harus lebih menonjolkan kekeluargaan, mungkin bapak ibu sudah biasa dalam menonjolkan dengan pendekatan kekeluargaan,” ujarnya.
Dirinya juga menyampaikan dalam upaya menemui para mantan napi terorisme ini tidaklah mudah. Karena ada yang mau dan ada yang menolak untuk ditemui apalagi kedatangan BNPT ini seperti dicurigai.
“Padahal kita datang untuk merangkul, bukan untuk menjebloksnan lagi. Ini negara hadir untuk memberikan pelatihan, keterampilan agar mereka bisa berkarya untuk bangsa agar tidak kembali lagi ke kelompok atau jaringannya,” tuturnya
Menurutnya, keengganan para mantan narapidana terorisme dan keluarganya untuk bertemu dengan pihak BNPT kemungkinan karena trauma dengan apa yang dialami saat penangkapan dulunya. “Ini mungkin karena istrinya dulu juga melihat saat suaminya ditangkap dan saat menjalani hukuman di Lapas,” katanya.
Untuk itu salah satu trik yang dilakukan BNPT dalam menemui mantan napi terorisme ini dengan mengajak para mantan yang sudah kooperatif. “Ini karena mereka ini sudah saling mengenal sebelumnya untuk memberikan penjelasan menganai maksud kedatangan kita (BNPT) sehingga nantinya mereka mau kita temui,” katanya
Untuk itu Kasubdit Penangkalan berharap dan yakit terhadap para penyuluh agama yang sudah sudah kenal dengan wilayahnya dimana diwilayahnya itu ada manta napi terorisme akan lebih mudah dalam melakukan pendekatan.
“Apalagi dengan penduduk setempat yang terkait dengan gerakan itu mungkin akan lebih mudah. Itu harapan kami Dengan adanya pendampingan dari penyuluh, pengawasan juga bisa dilakukan bapak ibu dalam membantu program deradikalisasi yang kami jalankan,” kata Kasubdit mengakhiri.
Seperti diketahui, mengingat banyaknya peserta acara Rakor ini dibagi menjadi dua gelombang. Dimana pada gelobang pertama yang diikuti sebanyak 176 orang dari Senin-Rabu (13-15/11/2017) ini terdiri para Kepala Kantor Wilayah provinsi,Kabupaten, Kota dan para penyuluh agama di lingkungan Kementerian Agama yang ada di Indonesia.
Sementara gelombang kedua Rakor yang digelar pada Kamis-Sabtu (16-18/11/2017) ini akan diikuti para peserta yang terdiri penghulu dan juga Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) yang mana wilayahnya terdapat para mantan napi terorisme