BNPT Apresiasi Strategi UGM dalam Mencegah Radikalisme di Kampus

Yogyakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengapresiasi langkah Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam melakukan upaya pencegahan radikalisme di kampus dengan strategi yang menarik. Hal ini disampaikan Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Ir. Hamli, M.E., saat mengisi materi di Studium Generale bertemakan “Pencegahan Radikalisme dan Penguatan Identitas Bangsa di Perguruan Tinggi” di Kampus UGM Yogyakarta, Sabtu (04/05/2019).

Hamli menilai kegiatan kuliah umum yang dihadiri oleh 2000 mahasiswa ini dan juga beberapa dosen ini adalah langkah yang menarik dan strategis karena mengundang mahasiswa dari seluruh Fakultas. Pendekatan penguatan Pancasila secara terpusat merupakan cara efektif untuk menangkal ideologi lain yang dapat mengancam keutuhan NKRI.

“Di UGM, pendidikan Pancasila terpusat di fakultas Filsafat dan ini sangat bagus karena pihak universitas bisa mengontrol materi apa yang diberikan dalam rangka pencegahan radikalisme di kampus,” jelas Direktur Pencegahan BNPT.

Dalam sesi ceramahnya, ia kembali menegaskan kepada para mahasiswa agar terus waspada karena kelompok radikal masih terus menyasar perguruan tinggi. Menurutnya, mahasiswa harus bisa berpikir kritis agar tidak mudah terpapar paham yang bertentangan dengan nilai Pancasila.

“Kalian mahasiswa adalah calon pemimpin di masa depan. Inilah alasan kenapa para kelompok radikal menyasar perguruan tinggi. Jadi kalian harus jadi bagian dari pencegahan. Ingat! Jangan telan mentah mentah ajaran atau paham yang kalian terima,” tegasnya.

Dukungan BNPT terhadap program Studium Generale ini disambut baik oleh Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Arqom Kuswanjono. Ia menjelaskan bahwa Studium Generale ini diselenggarakan untuk memahami adanya ancaman paham radikal-terorisme yang sangat jauh dari nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

“Kita adalah bangsa yang majemuk dimana keragaman adalah suatu keniscayaan dan harus kita terapkan kembali untuk satu tujuan yaitu menciptakan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, dan damai. Nah, baik dosen dan mahasiswa UGM harus peduli akan hal ini,” kata Arqom Kuswanjono.

Studium Generale ini merupakan bagian dari Mata Kuliah Wajib Umum di Fakultas Filsafat UGM yang pesertanya adalah mahasiswa dari berbagai fakultas. Ke depannya, Direktur Pencegahan BNPT berharap agar kegiatan ini rutin dilakukan dengan mengundang berbagai narasumber yang memiliki perspektif berbeda beda tapi berkaitan dengan pencegahan paham radikal terorisme.

“Kelompok radikal itu menyebarkan ajarannya tidak hanya sekali atau dua kali tapi terus menerus, jadi kita melawannya juga harus terus menerus,” pungkasnya.

Selain Direktur Pencegahan BNPT, acara ini juga menghadirkan mantan teroris, Machmudi Hariono dan penyintas bom Bali 1, Chusnul Khotimah sebagai narasumber. Mereka diberi kesempatan berbagi pandangan tentang terorisme, baik dari sisi pelaku maupun korban.

Yogyakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengapresiasi langkah Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam melakukan upaya pencegahan radikalisme di kampus dengan strategi yang menarik. Hal ini disampaikan Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Ir. Hamli, M.E., saat mengisi materi di Studium Generale bertemakan “Pencegahan Radikalisme dan Penguatan Identitas Bangsa di Perguruan Tinggi” di Kampus UGM Yogyakarta, Sabtu (04/05/2019).

Hamli menilai kegiatan kuliah umum yang dihadiri oleh 2000 mahasiswa ini dan juga beberapa dosen ini adalah langkah yang menarik dan strategis karena mengundang mahasiswa dari seluruh Fakultas. Pendekatan penguatan Pancasila secara terpusat merupakan cara efektif untuk menangkal ideologi lain yang dapat mengancam keutuhan NKRI.

“Di UGM, pendidikan Pancasila terpusat di fakultas Filsafat dan ini sangat bagus karena pihak universitas bisa mengontrol materi apa yang diberikan dalam rangka pencegahan radikalisme di kampus,” jelas Direktur Pencegahan BNPT.

Dalam sesi ceramahnya, ia kembali menegaskan kepada para mahasiswa agar terus waspada karena kelompok radikal masih terus menyasar perguruan tinggi. Menurutnya, mahasiswa harus bisa berpikir kritis agar tidak mudah terpapar paham yang bertentangan dengan nilai Pancasila.

“Kalian mahasiswa adalah calon pemimpin di masa depan. Inilah alasan kenapa para kelompok radikal menyasar perguruan tinggi. Jadi kalian harus jadi bagian dari pencegahan. Ingat! Jangan telan mentah mentah ajaran atau paham yang kalian terima,” tegasnya.

Dukungan BNPT terhadap program Studium Generale ini disambut baik oleh Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Arqom Kuswanjono. Ia menjelaskan bahwa Studium Generale ini diselenggarakan untuk memahami adanya ancaman paham radikal-terorisme yang sangat jauh dari nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

“Kita adalah bangsa yang majemuk dimana keragaman adalah suatu keniscayaan dan harus kita terapkan kembali untuk satu tujuan yaitu menciptakan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, dan damai. Nah, baik dosen dan mahasiswa UGM harus peduli akan hal ini,” kata Arqom Kuswanjono.

Studium Generale ini merupakan bagian dari Mata Kuliah Wajib Umum di Fakultas Filsafat UGM yang pesertanya adalah mahasiswa dari berbagai fakultas. Ke depannya, Direktur Pencegahan BNPT berharap agar kegiatan ini rutin dilakukan dengan mengundang berbagai narasumber yang memiliki perspektif berbeda beda tapi berkaitan dengan pencegahan paham radikal terorisme.

“Kelompok radikal itu menyebarkan ajarannya tidak hanya sekali atau dua kali tapi terus menerus, jadi kita melawannya juga harus terus menerus,” pungkasnya.

Selain Direktur Pencegahan BNPT, acara ini juga menghadirkan mantan teroris, Machmudi Hariono dan penyintas bom Bali 1, Chusnul Khotimah sebagai narasumber. Mereka diberi kesempatan berbagi pandangan tentang terorisme, baik dari sisi pelaku maupun korban.