Mamuju- Setelah kasus bom gereja di Samarinda, Badan Nasional Penanggulangan Teroris langsung melakukan langkah nyata dalam menghambat ajaran radikalisme dan terorisme di Indonesia. Kali ini BNPT melibatkan ulama dan da’i se-sulawesi barat untuk ikut serta dalam melakukan proses pencegahan paham kekerasan dalam masyarakat.
Kegitan ini menghadirkan Direktur Deradikalisasi BNPT, Prof. Dr. Irfan Idris, MA sebagai pembicara nasional. Dalam paparnya Prof. Irfan menyampaikan pentingnya kerjasama semua pihak dalam menghambat laju radikalisme dan terorisme. “Kita harus sharing informasi dalam menghambat paham kekerasan ini,” ungkanya, siang ini, Kamis (17/11/16).
“Kelompok teroris adalah kelompok kecil, tapi memiliki rencana yang besar dan masyarakat adalah kelompok besar tapi tidak memiliki rencana yang besar,” lanjut jelas Direktur Deradikalisasi BNPT di hadapan 150 peserta dialog pelibatan dai FKPT Sulbar di Hotel D’Maleo.
Dalam paparannya, Prof. Dr. Irfan Idris, MA mengajak masyarakat, para ulama, dan da’i se-Sulawesi Barat untuk meningkatkan kepedulian tentang isu radikalisme dan terorisme. “Untuk itu saya mengajak kepada seluruh Indonesia khususnya masyarakat Sulawesi Barat dalam meningkatkan kepeduliannya dalam menghadapi terjangan kelompok kekerasan ini.”
Menurutnya, radikalisme dan terorisme juga harus menjadi perhatian kalagan pendidikan. “Dunia pendidikan dan tokoh pendidikan juga menjadi ujung tombak dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap paham anti toleransi, khususnya bagi generasi muda negeri ini.”
Akhir materinya, Irfan menyampaikan bahwa Kehadiran BNPT dalam melakukan pencegahan dengan menggunakan pendekatan lunak perlu kita apresiasi dengan ikut terlibat dalam menghalau radikalisme dan terorisme dengan mengedepankan prinsip-prinsip moderat dan toleransi”, tutupnya.