Bali – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengajak simpul-simpul organisasi perempuan di Provinsi Bali untuk bersama-sama menumbuhkan kesadaran melawan segala bentuk propaganda radikalisme dan terorisme.
“Perempuan harus mawas diri agar tidak terperangkap masuk jaringan pelaku ataupun korban atas aksi terorisme. Penanggulangan terorisme tidak bisa dilakukan oleh aparat keamanan semata,” kata Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Prof. Irfan Idris di Denpasar, Rabu 29/3).
Irfan menyampaikan hal tersebut dalam acara yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bali bertajuk “Perempuan Teladan Optimis dan Produktif (TOP) Cerdas Digital Satukan Bangsa” di Gedung Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
Selain diikuti unsur Forkopimda Bali, kegiatan itu juga melibatkan perwakilan perempuan dari unsur pemerintahan, ormas, perempuan lintas agama, pihak swasta, dan organisasi lainnya.
Menurut dia, kunci penanaman karakter dan jati diri seorang anak banyak bertumpu pada peran perempuan. Perempuan berperan penting menjadi salah satu benteng dari pengaruh dan paham radikalisme yang saat ini mulai menyasar anak usia dini.
Irfan mencontohkan ada anak kecil di salah satu kota besar di Indonesia yang sampai tidak mau masuk mal dan mengatakan bahwa mal tersebut dibuat oleh orang kafir.
“Ini masih anak-anak sudah ditanamkan model-model seperti itu,” ucapnya.
Oleh karena itu, lanjut Irfan, diperlukan penanaman nilai kebangsaan, wawasan keagamaan, dan nilai kearifan lokal, mulai dari dalam lingkungan keluarga dan terutamanya hal ini memerlukan peran perempuan.
“Keluarga sangat efektif sebagai filter dalam menangkal penyebaran radikalisme dan terorisme. Terorisme telah menjadi kejahatan luar biasa, selain juga korupsi dan penyalahgunaan narkoba. Seluruh elemen masyarakat harus bersinergi. Terorisme merupakan musuh bersama,” ujarnya.
Irfan menambahkan sinergi tidak hanya antara aparatur keamanan, namun juga dengan kelompok masyarakat tanpa terkecuali karena bahaya terorisme menyasar tanpa memandang pangkat, jabatan, status sosial, suku, ras, dan agama.
Kini pada era digital, ancaman radikalisme dan terorisme juga menjadi kian mudah masuk melalui berbagai sosial media.
Oleh karena itu, Irfan mengajak tokoh-tokoh perempuan Bali agar tidak mudah menyebar atau membagikan informasi tanpa terlebih dahulu menyaringnya.
“Perempuan dan anak-anak saat ini tidak hanya mudah terpapar untuk perekrutan kelompok radikal dan teroris, namun juga perempuan dengan militansi yang kuat juga telah terlibat aktif untuk pendanaannya,” kata Irfan.