Jakarta – Beberapa modus baru terorisme harus diantipasi di tengah dinamika sosial dan politik akhir-akhir ini. Hal itu harus diantisipasi pihak terkait untuk mengatasi masalah terorisme. Hal itu ditegaskan oleh Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto.
“Menempatkan perempuan sebagai ‘pengantin’ aksi terorisme sebagai modus pertama. Perempuan efektif digunakan karena masyarakat dan aparat penegak hukum cenderung tidak curiga,” kata Wawan Hari Purwanto dalam diskusi virtual bertajuk Meningkatkan Partisipasi, Terorisme Dapat Ditanggulangi, Selasa (31/8/2021) dikutip dari Antara.
Dia mencontohkan peran perempuan dalam aksi terorisme pada masa kejayaan ISIS memiliki Brigade Khansaa yang secara khusus berisi kaum perempuan.
Wawan juga menyebutkan aksi lone wolf atau serangan teror seorang diri sebagai modus dan aksi terorisme yang paling memungkinkan untuk terjadi di kemudian hari akibat radikalisasi diri sendiri.
Modus baru berikutnya juga terkait dengan pendanaan terorisme, yakni melalui kotak amal yang digunakan dan disebarkan dengan menyamar sebagai kegiatan yang dilakukan oleh yayasan atau panti asuhan.
“Pendanaan terorisme melalui kotak amal ini menunjukkan masih aktifnya gerakan bawah tanah kelompok teror,” kata Wawan.
Selain itu, modus terorisme dengan menggunakan milenial juga harus menjadi perhatian serius saat ini. Wawan mengatakan bahwa milenial yang sedang dalam pencarian jati diri dan identitas serat membuat kalangan tersebut rentan terpapar paham radikal. Adapun sasaran utamanya adalah kaum muda berusia 17 sampai 24 tahun.
“Penyebaran radikalisme terhadap generasi muda patut diwaspadai mengingat mereka merupakan pengguna aktif media sosial yang rentan untuk menyebarkan narasi-narasi radikal,” ujar Wawan.