Jakarta – Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Pol (purn) Budi Gunawan mengatakan bahwa kasus kekerasan yang terjadi terhadap umat beragama di beberapa daerah di Indonesia tidak saling terkait satu sama lain. Namun ada pihak tertentu yang sengaja memutarbalikkan fakta dengan menyebarkan berita kekerasan terhadap umat beragama itu menjadi hoaks.
“Satu kasus dengan yang lainnya tidak ada keterkaitan. Tetapi memang ada pihak yang memelintir ini, jadi kasus per kasus ini dipelintir. Dugaannya ingin membuat keresahan, dipolitisir, sehingga melemparkan berita-berita menjadi berita hoaks. Termasuk isu lama kan juga dimunculkan lagi, termasuk isu PKI,” kata Budi usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres Jakarta, Kamis (15/2/2018).
Mengungkapkan beberapa kasus kekerasan terhadap umat beragama akhir-akhir ini terjadi di sejumlah daerah, alumni Akpol tahun 1983 ini menjelaskan kronologi beberapa kasus kekerasan di Jawa Timur, Yogyakarta dan Jawa Barat.
“Contoh yang di Jatim, dia (pelaku) kan mau berobat karena memang sudah pernah berobat di situ. Karena ustad yang mengobati itu tidak ada dari pagi sampai sore, ya namanya orang ada kekurangan, sehingga dia stress lalu mengamuk, pecah kaca,” kata mantan Wakapolri ini seperti dikutip Antaranews.com.
Mantan Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri ini mencontohkan kejadian lain seperti di Tuban, Jawa Timur, seorang pria bernama M. Zaenudin merusak Masjid Baitur Rohim dengan memecah kaca masjid karena terlalu lama menunggu seorang kiai yang dipercaya dapat menyembuhkan dia. Sedangkan di Bogor, kasus kekerasan memiliki motif berbeda dengan kasus di Jawa Timur.
“Di Bogor lain lagi, itu memang si penganiaya kan orang gila murni. Ada juga di Bogor kasus yang direkayasa, diganti pakai seragam salah satu ormas kemudian divideokan oleh satu kelompok dan diviralkan, ini kan beda-beda kasusnya,” kata mantan Kapolda Bali dan Jambi ini.
Sementara itu, kasus kekerasan di Gereja Katolik St. Lidwina, Sleman, Yogyakarta, Budi mengatakan pelaku kekerasan bernama Suliyono sudah dipantau Densus sejak lama.
“Khususnya di Jogja itu sudah kita prediksi, pelaku itu jadi pantauan kami di Densus. Dia adalah salah satu dari beberapa orang yang gagal ke Suriah, jadi dia sudah ter-brainwash untuk melakukan itu,” kata mantan Kadiv Propam Polri ini.
Dengan maraknya berita yang tersebar di media sosial mengenai kasus kekerasan terhadap umat beragama, BIN mengimbau masyarakat tetap berpikir jernih dan tidak terprovokasi oleh informasi yang belum jelas kebenarannya.
“Makanya, kita, masyarakat harus peka terhadap itu. Jangan sampai kita terjebak di dalam permainan ini. Kepada masyarakat juga jangan mudah terpancing, jadi harus jernih,” kata pria kelahiran Surakarta, 11 Desember 1959 ini mengakhiri.