Washington – Presiden Amerika Serikat Joe Biden berencana menutup penjara militer di Teluk Guantanamo. Biden menargetkan menutup penjara yang menampung teroris itu sebelum jabatannya berakhir. Rencana tersebut merupakan bagian dari janji kampanye yang belum terpenuhi pemerintahan Barrack Obama.
“Itu pasti menjadi tujuan dan niat kami,” kata Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki, dikutip AFP, Jumat (12/2).
Saat ini pemerintah AS melalui Dewan Keamanan Nasional tengah melakukan tinjauan untuk menilai keadaan di sana. Setelah kabar penyiksaan di dalam penjara Guantanamo tersebar, Barack Obama memerintahkan penutupan penjara itu melalui surat keputusan yang diteken pada 2009.
Keputusan Obama saat itu dikecam oleh Partai Republik yang mengatakan bahwa perintah untuk mentransfer para tahanan Guantanamo ke sejumlah penjara di dalam wilayah AS akan membahayakan warga.
Kini Biden yang saat itu wakil presiden Obama, berupaya melanjutkan kembali rencana itu. Dalam kampanye pada 2016, Trump pun kerap mengkritik keputusan Obama dan berjanji akan”memenuhi penjara itu dengan banyak orang jahat” jika terpilih menjadi presiden kelak.
Partai Republik kemudian mempertahankan posisi ini setelah terpilih. Didirikan oleh Presiden Georrge W. Bush setelah tragedi 11 September 2001, penjara itu menampung para teroris kelas kakap yang berhasil ditangkap AS di luar negeri.
Penjara militer itu juga menampung Khaled Sheikh Mohammed dari Pakistan, yang mengklaim sebagai dalang serangan 11 September 2001.
Penjara itu menampung sekitar 40 tahanan, di mana 26 di antaranya dianggap terlalu berbahaya untuk dibebaskan. Tetapi proses hukum berlarut-larut karena kompleksitas kasus mereka.