Ilustrasi bendera Prancis di Mali

Bicara Bahasa Prancis di Kelas, 6 Guru di Mali Diculik Teroris

Korientze – Enam orang guru sekolah diculik oleh kelompok teroris bersenjata di Mali bagian tengah. Mereka diculik karena berbicara bahasa Prancis di kelas.

Dilansir AFP, Sabtu (26/10), lebih dari 900 sekolah telah ditutup di salah satu negara termiskin di dunia itu. Dua pertiga di antaranya berada di daerah pusat yang sejak 2012 telah menyaksikan pemberontakan oleh kelompok separatis, salafi dan jihadis, yang berkaitan dengan kekerasan antar-etnis.

“Teroris menculik enam guru dari sebuah sekolah di Korientze karena mereka mengajar dalam bahasa Prancis,” kata petugas keamanan.

Para pejabat di Mali menggunakan kata ‘teroris’ untuk menggambarkan para jihadis. Seorang anggota dewan kota menambahkan bahwa para penyerang itu bersenjata, dan menggunakan sepeda motor’. Korientze terletak sekitar 150 kilometer atau 95 mil dari ibu kota regional Mopti.

Anggota Dewan yang tak mau disebutkan namanya karena alasan keamanan mengatakan bahwa orang-orang bersenjata itu menarik beberapa siswa, buku pedoman sekolah, dan buku catatan sebelum membakarnya di halaman sekolah. Seorang guru mengatakan bahwa para penyerang mengancam akan kembali jika para guru tetap mengajar di kelas menggunakan bahasa Prancis dan tidak mengajar ‘sesuai dengan prinsip-prinsip Islam’.

“Anak-anak saya melihat para jihadis tiba. Mereka takut. Saya takut,” kata ayah dari dua siswa, Sidy Diallo. Dia berencana pindah bersama keluarganya dari Korientze.

Mali Utara berada di bawah kendali jihadis yang terkait dengan al-Qaeda usai tentara Mali gagal menumpas pemberontakan Tuareg pada 2012. Tahun berikutnya, kampanye militer yang dipimpin Perancis diluncurkan terhadap para jihadis dan memukul mundur mereka.

Tetapi kemudian para jihadis berkumpul kembali dan memperluas serangan mereka ke Mali tengah dan selatan. Perluasan itu sampai ke Burkina Faso dan Niger, di mana mereka sering menyebabkan perselisihan antar-komunitas yang telah menewaskan ratusan orang.