Washington – Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Jim Mattis menyatakan, militer AS akan terus memerangi ISIS (Islamic State) sampai tuntas dan selama mereka masih ingin bertempur. Pernyataan itu secara tidak langsung menekankan peran jangka panjang AS di wilayah yang dijadikan militan ISIS sebagai basis pertempuran mereka.
Saat ini, pasukan gabungan AS dan Rusia bersama pasukan Iraq dan Suriah terus bertempur untuk merebut kantong-kantong ISIS yang masih tersisa. Jim Mattis menjelaskan bahwa sasaran jangka panjang militer AS adalah mencegah munculnya kelompok militan baru lainnya di wilayah tersebut.
Di sisi lain, Jim Mattis juga menekankan pentingnya upaya perdamaian jangka panjang di wilayah yang sebelumnya dikuasai militan ISIS. Hal itu mengisyaratkan bahwa AS ingin membantu menentukan syarat-syarat penyelesaian diplomatik di Suriah, yang sudah memasuki tahun ketujuh dalam perang saudara.
“Musuh belum mengaku kalah, jadi kita akan terus bertempur selama mereka masih menginginkannya. Kita tidak akan menarik diri begitu saja sebelum proses Jenewa mulai dijalankan,” kata Mattis seperti dilansir kantor berita ‘reuters’, Rabu (15/11/2017).
AS yang juga menjadi pendukung utama perang melawan ISIS di Raqqa, sepakat membebaskan para militan yang kalah untuk meninggalkan kota di Suriah bagian utara itu. Anggota ISIS yang menyerah, termasuk militan asing, diizinkan dengan aman meninggalkan Raqqa dan pindah ke Suriah Utara.
Koalisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi yang didukung koalisi internasional pimpinan AS telah merebut ibu kota de facto ISIS tersebut pada 20 Oktober lalu. “Prioritas utama di Raqqa adalah perlindungan terhadap kehidupan warga sipil dan kesepakatan tersebut dicapai oleh mitra dan afiliasi lokal mereka,” kata juru bicara Pentagon Eric Pahon di Washington.
Kesepakatan melepas militan ISIS dari Raqqa itu, juga disetujui Dewan Sipil Raqqa, SDF, dan tetua suku setempat bersama seorang perwira koalisi yang mengawasi. SDF menyaring orang-orang Raqqa yang dievakuasi dalam upaya untuk mendeteksi kombatan ISIS dengan menggunakan teknologi penyaringan digital yang disediakan oleh koalisi.