Canberra – Pasca deklarasi kemenangan pasukan Irak dan gabungan dibawah pimpinan Amerika Serikat (AS) melawan kelompok teroris yang menamakan dirinya Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) sejatinya belum sepenuhnya berakhir, karena kelompok teroris tersebut masih meninggalkan beberapa anggotanya untuk melakukan serangan di Mosul,Irak. Meski demikian, Australia sebagai salah satu yang tergabung dalam koalisi gabungan telah menyatakan menarik pasukan jet tempurnya dari Irak untuk kembali ke negaranya.
Selama bergabung dengan pasukan koalisi AS di Irak, angkatan udara Australia telah melakukan 2.700 penerbangan dengan lebih dari 21.000 jam terbang.
Dikutip dari laman www.kompas.com yang diambil dari The New Arab, penarikan pasukan jet tempur merupakan realisasi pernyataan Menteri Pertahanan Marire Payne pada Desember 2017 lalu seperti dikuti Kompas.com.
Pada saat itu, Payne menyatakan akan segera menarik pasukanya dari Irak dan Suriah setelah negara tersebut mengumumkan kemenangan atas kelompok teroris ISIS.
Mark Binski, Marsekal Udara dari angkatan udara Australia (RAAF) mengatakan, selama bergabung dengan koalisi AS di Irak, jet tempur Australia telah sangat berjasa dalam kemenangan melawan ISIS.
“Selama lebih dari tiga tahun, ratusan Personel Angkatan Pertahanan Australia (ADF) telah dikirim ke Timur Tengah sebagai bagian dari elemen kelompok Serangan Udara (ATG),” kata Binski dalam sebuah pernyataan.
“Dengan setiap penugasan, mereka telah menunjukkan tingkat keterampilan, keberanian dan profesionalisme tertinggi.”
“Kelompok serangan udara maupun keluarga para pasukan patut berbangga dengan prestasi dan kontribusi penting mereka dalam membantu pasukan keamanan Irak membebaskan negara mereka dari Daes (ISIS),” tambah Binskin.
Namun di tengah prestasi yang dicapai, peperangan melawan ISIS di Irak turut menimbulkan korban dari warga sipil. Data organisasi non-pemerintah menyebut, setidaknya 3.200 warga sipil tewas akibat serangan yang dilancarkan koalisi AS antara Oktober 2016, saat serangan terhadap ISIS di Mosul dimulai hingga dibebaskannya kota itu pada Juli 2017.