Bercita-cita jadi Aparatur Negara, Siswa SMAT Krida Nusantara harus Mewaspadai Ciri-ciri Penyebaran Paham Radikalisme dan Terorisme

Bandung – Sebagai generasi penerus bangsa yang sebagian besar bercita-cita ingin menjadi aparatur negara, generasi muda harus dapat mengenali ciri-ciri dan mewaspadai bahaya penyebaran paham radikalisme dan terorisme  yang ada di lingkungan sekitarnya.

Hal tersebut dikatakan Kasubdit Kontra Propaganda (KP) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono, SH, M.Krim, saat menjadi narasumber pada acara  Pembekalan Diklat Kader Muda Bela Negara bagi 260 siswa kelas XI SMA Terpadu Krida Nusantara yang berlangsung di GOR Krida Nusantara, Bandung, Rabu (24/4/2024).

“Tadi saya tanya ke kalian nanti cita-cita ingin jadi apa, kalian menjawab ingin jadi TNI, Polri atau aparatur negara. Oleh sebab itu kalau ingin jadi aparatur negara kalian harus mengerti dan mengenali bahaya penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang saat ini masif terjadi di lingkungan sekitar kita,” ujar Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono.

Apalagi menurut Kasubdit KP, Indonesia memiliki ideologi Pancasila sebagai dasar negara bangsa ini. Yang mana Pancasila ini memiliki basic beliefs yaitu, Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan, Nilai Kerakyatan dan Nilai Keadilan Sosial. Penguatan 4 Pilar Kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Konsensus Kebangsaan harus terus diperkuat di kalangan siswa

“Hal tersbut yang harus kalian perkuat kalau bercita-cita menjadi aparaur negara tadi. Apalagi bangsa kita ini adalah negara majemuk, negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, punya 300 kelompok etnik, 1.340 suku, 652 bahasa daerah, 6 agama dan 187 penghayat kepercayaan. Sebagai negara majemuk, Indonesia diikat dengan ideologi Pancasila itu tadi yang mamayungi semua unsur etnik, suku, agama, bahasa dan sebagainya,” ujarnya.

Oleh karena itu para siswa menurutnya, harus mewaspadai ideologi-ideologi lain yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang saat ini masif menyebar di masyarakat yang disebarkan oleh kelompok-kelompok radikal terorisme tersebut.

“Yang perlu diwaspadai yakni mereka ini kadang Bertaqiyah dimana mereka berpura-pura, seolah olah mengakui Pancasila, NKRI, tetapi sebenarnya mereka punya agenda terselubung untuk mengganti ideologi bangsa ini,” ujar Alumni Akmil tahun 1996 ini mengatakan..

Dalam pemaparan yang langsung diselingi dengan sesi tanya jawab tersebut Kasubdit KP juga mengatakan bahwa, berdasarakan hasil survey yang dilakukan lembaga survey, saat ini kalangan perempuan, anak-anak dan remaja menjadi target utama untuk direkrut oleh kelompok radikal terorisme tersebut.

“Apalagi saat ini jamannya sudah era digital, pakai internet. Dan mereka melakukan penyerbarannya melalui media sosial. Apalagi kalian sebagai generasi muda sudah memiliki akun media sosial, meski di sekolah ini anda tidak boleh membawa laptop dan handphone, tetapi di rumah saat menggunakan laptop dan handphone kalian harus waspada,” ujarnya.

Lebih lanjut Kasubdit KP menjelaskan seseorang menjadi teroris itu tidak datang secara tiba tiba.. Tetapi bermula dari sikap Intoleran yakni  Orientis Negatif atau Penolakan Seseorang Terhadap Hak-hak Politik dan Sosial dari kelompok yang ia tidak setujui. Kemudian naik menjadi Radikalisme, dimana suatu ideologi (ide atau gagasan) dan paham yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan/ekstrim.

“Dan mereka menyuburkan sikap Intoleran, Anti Pancasila, Anti NKRI, Penyebaran Paham Takfiri dan menyebabkan Disintegrasi Bangsa. Setelah itu baru naik menjurus menjadi Teroris, dimana mereka melakukan perbuatan yang menggunakan kekerasan seperti melakukan pengeboman. Itulah ciri-ciri yang wajib kalian ketahui,” ujar Kasubdit KP.

Dikatakan mantan Kasi Penggalangan BNPT ini, para siswa juga harus dapat membedakan pola pergerakan kelompok terorisme lama dan pola baru. Dimana dinamika propaganda dan rekrutmen pelaku terorisme bisa dilihat dari pola gaya terorisme lama yang melalui kekeluargaan, pertemanan, ketokohan dan lembaga keagamaan serta dilakukan secara rekrutmen tertutup dan pembaiatan langsung.

“Sedangkan pola rekruitmen terorisme gaya baru ini melalui website, media sosial dan social messenger serta dilakukan secara rekrutmen terbuka dan pembaiatan lewat media. Bahkan tempat yang rentan untuk rekrutmen kelompok teroris itu ada di rumah ibadah, lembaga pendidikan, friendship  dan media internet,” ujarnya.

Untuk itu mantan Wakil Kepala Peralatan Kodam (Wakapaldam) XVI/Pattimura ini mengingatkan kepada para siswa jika menemukan orang ataupun kelompok yang memiliki ciri-ciri seperti itu di lingkungan sekitarnya diminta untuk melaporkan ke aparat RT/RW atau aparat setempat.

“Dan yang lebih penting lagi kalian para siswa harus dapat memilih guru yang tepat dan kredibel agar tidak salah dalam memberikan pengajaran kepada kalian. Utamanya yang memberikan materi pengajaran masalah wawasan keagamaan ataupun wawasan kebangsaan. Karena kalau kalian salah dalam memilih guru dibidang tersebut, tentunya bukan tidak mungkin kalian akan digiring ke dalam hal-hal yang bisa bersifat intoleran dan radikal,” ujar Kasubdit KP mengakhiri paparannya.