Palangkaraya – Mantan narapidana terorisme, Nasir Abbas, dihadirkan di kegiatan Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dalam Pencegahan Terorisme di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (30/3/2017). Kepada mahasiswa yang menjadi peserta, dia berbagi banyak pengalaman tentang keterkaitannya dalam jaringan pelaku terorisme.
“Saya mulai membaca banyak buku-buku agama sejak remaja, banyak informasi dan ilmu yang saya dapatkan. Informasi tentang peperangan di Timur Tengah juga saya baca,” ungkap Nasir di awal testimoninya.
Dari kegemarannya membaca tersebut, Nasir muda merasa saudara sesama umat Islam, khususnya Timur Tengah, banyak tertindas. Kondisi itu menjadikannya marah dan menariknya untuk berangkat ke Afghanistan, dengan niat awal berjuang bersama sesama muslim melawan penindasan.
“Tapi niat itu berubah ketika saya banyak belajar tentang persenjataan. Saya mulai terlibat bagaimana berjuang melawan penindasan yang sama di Indonesia,” tambah Nasir.
Pria yang saat ini banyak terlibat di pencegahan terorisme tersebut mengaku sangat bersyukur, dalam prosesnya bisa sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah keselahan besar. “Sekarang saya bisa tegaskan, jihad dengan cara kekerasan seperti yang dilakukan teroris bukanlah jihad yang sesuai ajaran agama,” tandasnya.
Untuk mencegah apa yang dirasakannya terjadi pada generasi muda di Indonesia, Nasir menekankan pentingnya bersikap kriris terhadap setiap informasi yang diterima. Sikap cek dan re-cek juga harus dijalankan dalam memahami setiap informasi yang masuk.
“Apalagi kelompok radikal terorisme saat ini sudah tidak berdaya di dunia nyata, dan mereka menjadikan dunia maya sebagai lahan pertempuran baru,” pungkas Nasir.
Kegiatan Pelibatan LDK dalam Pencegahan Terorisme di Palangkaraya dilaksanakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Tengah. Kegiatan serupa akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia. [shk]