Manila – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, memang tidak ingin main-main dengan tekadnya memberantas militan di negara itu yang berafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Dia sudah memerintahkan panglima militer Filipina, Rey Leonardo Guerrero, untuk merekrut dan memimpin 10 batalion baru untuk menghancurkan militan ISIS yang masih tersisa di Marawi.
“Kami diinstruksikan untuk mengatur puluhan batalion tambahan. Kami benar-benar berniat menekan dan mempertahankan usaha mengalahkan semua militan yang berafiliasi dengan ISIS dan menyelesaikan resolusi konflik bersenjata di negara ini,” kata Leonardo Guerrero seperti dikutip dari kantor berita ‘reuters’, Senin (30/10/2017).
Langkah itu dilakukan menyusul peringatan Duterte kepada angkatan bersenjatanya untuk tetap waspada dengan ancaman teror meski militer telah menaklukkan ISIS setelah bertarung selama lima bulan di Marawi. Sebelumnya, Presiden Filipina itu sudah mendeklarasikan Marawi bebas dari cengkraman ISIS, tak lama setelah militer membunuh Isnilon Hapilon yang disebut-sebut sebagai ‘Emir’ ISIS di Asia Tenggara.
Omarkhayam Maute, adalah salah satu pemimpin kelompok pemberontak Maute yang berbaiat kepada ISIS, juga dilaporkan tewas dalam operasi itu. Konflik lima bulan yang sudah menewaskan 1.100 orang, termasuk 165 anggota angkatan bersenjata, pun dinyatakan usai. Dalam penyerbuan itu juga tewas Mahmud bin Ahmad alias Abu Hanzalah yang digadang-gadang sebagai pengganti Isnilon Hapilon sebagai ‘Emir’ ISIS di Asia Tenggara.
Selain ISIS, Guerrero juga diinstruksikan presiden untuk memberantas sejumlah kelompok pemberontak lain, seperti Tentara Rakyat Baru yang memiliki sekitar 4.000 personel. Pemerintah juga telah bernegosiasi dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan meminta kelompok separatis tersebut membantu militer memberangus kelompok pemberontak kecil lainnya yang berbaiat kepada ISIS di negara itu.
MILF sendiri sebelumnya juga melakukan perlawanan terhadap pemerintah. Namun, mereka akhirnya melaksanakan perundingan damai dengan pemerintah. Perundingan itu sempat terhenti karena Filipina berkonsentrasi memberantas sejumlah serangan teror. Kini, Guerrero memastikan bahwa perundingan damai itu akan tetap berlanjut.
“Kami juga telah memiliki jadwal serta target yang jelas dan saya berniat memenuhi itu. Militer memiliki program jangka panjang dan itu semua akan berjalan tanpa bergantung siapa pemimpinnya,” jelas Leonardo Guerrero.