London – Inggris menjadi salah satu negara yang banyak mendapat teror dari kelompok militan ISIS. Karena itulah, pemerintah Inggris sangat tegas terhadap para pelaku teror yang mengatasnamakan ISIS.
Salah satunya adalah simpatisan ISIS Umar Haque. Pemuda 25 tahun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena mencoba membentuk tentara anak di London, Inggris, Selasa (27/3) waktu setempat. Ia diduga telah mengasuh sejumlah anak berusia sekitar 11 tahun di Masjid Ripple Road di Barking, London timur.
Kepada anak-anak itu, Haque sering menunjukkan video-video kekerasan yang dilakukan ISIS di Timur Tengah, termasuk video pemenggalan kepala. Mereka juga beberapa kali melakukan latihan terorisme.
“Anda telah melanggar Alquran dan Islam dengan tindakan Anda, serta melanggar hukum bagi semua orang yang beradab. Diharapkan Anda akan menyadari ini,” kata hakim Justice Haddon-Cave, dikutip The Guardian melalui laman republika.co.id.
Haque juga dihukum karena telah merencanakan serangan dengan menggunakan senjata api dan mobil yang penuh dengan bahan peledak. Target serangannya adalah 30 bangunan penting, termasuk Big Ben, Queen’s Guard, dan pusat perbelanjaan Westfield di London timur.
Pengadilan Old Bailey menyatakan, ia telah menyusupkan propaganda ISIS kepada para pelajar di Lantern of Knowledge Islamic School di London timur. Di sekolah itu, Haque pernah mengisi kelas studi Islam meskipun ia tidak memiliki kualifikasi mengajar dan hanya bekerja sebagai pegawai administrasi.
“Haque ingin melakukan sesuatu yang besar dan ambisinya sangat ekstrim dan mengkhawatirkan,” ujar Haddon-Cave. Ambisi terburuknya, tambah dia, adalah pembentukan tentara militan anak-anak, tanpa sepengetahuan orang tua mereka.
“Haque adalah seorang pembohong yang berbahaya. Dia cerdas, pandai berbicara, dan persuasif dengan senyum yang meyakinkan. Dia narsis dan jelas menikmati kekuatan yang dia miliki atas orang lain,” jelasnya.
Polisi yakin Haque telah berusaha meradikalisasi sedikitnya 110 anak di masjid dan sekolah. Sekitar 35 dari mereka bahkan harus mendapatkan perawatan psikis.
“Rencananya adalah membangun tentara anak-anak. Dia mencoba mempersiapkan anak-anak untuk memainkan peran dalam melakukan serangan teroris di London. Bagian dari serangan itu termasuk menyerang petugas polisi,” kata Kepala Kontra-Terorisme di Scotland Yard, Komandan Dean Haydon.
Haque dipekerjakan sebagai pegawai administrasi di Lantern of Knowledge Islamic School sejak September 2015 hingga September 2016. Ia juga sempat bekerja sebagai asisten pengajar di dalam kelas.
Dia dituduh menggunakan laptopnya untuk menunjukkan gambar senjata, pisau, dan video pemenggalan kepala dihadapan anak-anak. Dia juga meminta anak-anak itu untuk melakukan push-up dan bergulat satu sama lain untuk melatih mereka berkelahi.
Ada juga sesi bermain peran yang di dalamnya ada adegan pemenggalan kepala. Anak-anak akan dibagi dua untuk berpura-pura menjadi polisi dan militan. Serangan teror di Westminster Bridge oleh Khalid Masood pada Maret lalu bahkan digunakan sebagai inspirasi untuk salah satu latihan bermain peran.
Haque pernah dicegat di Bandara Heathrow pada April 2016 ketika ia mencoba pergi ke Istanbul, rute umum perekrutan ISIS untuk bisa ke Suriah. Paspornya kemudian dicabut pada bulan berikutnya dan polisi mulai menyelidikinya.