Solo – Seluruh agama yang di Indonesia harus bersatu dan berkolaborasi untuk menguatkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dalam menghadapi ancaman intoleransi berupa radikalisme dan terorisme. Ajakan itu disampaikan oleh Sekretaris Komisi Hubungan Antar Umat Beragama (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia Romo Agustinus Ulahayanan.
“Marilah kita bersama membangun ‘jembatan’ dalam memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terutama buat pemuka agama, yang seharusnya terus menggaungkan kekuatan perbedaan dengan pemahaman agama yang benar, bukan malah ‘berteriak’ mau menghancurkan satu sama lain,” ujar Romo Agustinus saat menjadi narasumber Dialog Lintas Agama dalam Pencegahan Paham Radikal Terorisme se-Wilayah Jawa Tengah di Solo, Rabu (24/5/2017).
Menurutnya, semua harus sepakat bahwa gerakan agama yang akan menghancurkan ‘jembatan’ perdamaian antarumat beragama harus dihancurkan. Untuk melakukan itu, harus ada pendidikan agama dan karakter yang kuat, pendidikan Pancasila, dan budi pekerti.
Ia optimistis bila penguatan nilai agama, pancasila, dan budi pekerti bisa dilakukan, ‘serangan’ radikalisme dan terorisme akan sulit merobohkan pondasi NKRI. Menurutnya ada tiga tahap pencegahan radikal terorisme yaitu pencegahan, penghentian dan pemulihan yang bisa dilakukan dalam beberapa langkah yaitu pendidikan dan pembudayaan, penegakan nilai, norma dan identitas, sterelisasi lingkungan, inklusifitas, kerohanian, bermartabat, berdayaguna, bermitra
“Pendidikan budaya dan nilai multi kultural dengan aneka macam budaya. Bagaimana kita menghargai kalau kita tidak tahu. Bagaimana kita tahu kalau kita tidak mencari tahu. Perlu kita membangun ‘jembatan’ bukan tembok melalui pendidikan multi kultural atau pendidikan lintas agama,” jelas Romo Agustinus.