Bendung Radikalisme, BNPT Ajak Generasi Muda Banjiri Konten Positif di Dunia Maya

Bendung Radikalisme, BNPT Ajak Generasi Muda Banjiri Konten Positif di Dunia Maya

Jambi- Penyebaran propaganda radikal terorisme telah beralih ke dunia digital. Penduduk dunia maya, terutama generasi muda menjadi sasaran dan targetnya. Dampak propaganda tersebut sangat signifikan karena sudah banyak anak-anak muda yang terpengaruh ajakan kekerasan melalui dunia maya, khususnya media social.

“Pengaruh propaganda terorisme dapat menginspirasi siapapun untuk melakukan kekerasan. Kelompok ini juga memanfaatkan media sosial dan membuat anak muda mudah bergabung. Sudah banyak yang memilih bergabung yang terpengaruh dengan interaksi dunia maya” ujar Ketua FKPT Jambi Prof. Dr. H. Ahmad Syukri Saleh dalam kegiatan Literasi Digital Sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme & Terorisme di Masyarakat Melalui FKPT Jambi yang bertemakan “Saring Sebelum Sharing” pada Kamis (31/5/2018). Kegiatan ini dihadiri oleh 105 peserta dari kalangan pers mahasiswa, komunitas blogger dan komunitas kiterasi di Jambi.

Lebih lanjut Saleh menjelaskan kondisi masyarakat yang berada di era informasi digital orang sering menyebarkan berita yang belum tentu benar atau hoax. Berita hoax ini bisa mempengaruhi akal sehat apabila masyarakat tidak bisa menyaring informasi tersebut.

“saya berharap dalam kegiatan ini peserta dapat memperoleh wawasan pengetahuan yang luas dan mendalam, serta mampu menerima informasi dari media online, media sosial, dan media lainnya khususnya literasi digital sekaligus peserta dapat berperan aktif mencegah radikalisme dan terorisme dengan membuat dan membanjiri konten postif yang santun dan menyejukkan.” pungkas Saleh.

Senada dengan Saleh, Kasi Partisipasi Masyarakat BNPT RI, Setyo Pranowo, yang mengatakan di tengahnya masifnya propaganda di dunia maya, generasi muda banyak yang terpapar ajakan mereka. Faktanya pelaku aksi teror banyak dari mereka yang masih muda dengan kisaran umur 18-30 tahun.

Kecepatan penyebaran informasi di era ini, menurut Setyo, terkadang tidak melalui proses verifikasi.
Hal ini berbeda dengan kondisi masa dulu ketika masyarakat menyebarkan informasi secara formal dengan berbagai tahapan seperti editing, pencentakan dan penyebaran secara luas.

“Saya berharap dalam acara Literasi Digital peserta dapat memberikan atensi dalam kegiatan ini dan memohon maaf bila ada kekurangan. Generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam mencegah faham radikalisme dan terorisme.” tutup Setyo