Bencana alam seperti banjir, gempa, longsor, tsunami dan lain-lain adalah musibah yang tidak bisa dielak oleh setiap manusia di manapun mereka berada. Musibah terjadi selain karena faktor penciptaan alam itu sendiri misalnya postur alam itu yang rendah atau karena rawa-rawa sehingga rentan banjir. Bisa jadi karena ulah manusia (man- made) karena kecorobohan dalam mengelola alam. Misalnya banjir karena ketidakpedulian manusia dalam merawat lingkungan atau karena infrastuktur tidak siap saat menghadapi musim hujan yang ekstrim.
Karakteristik alam ini juga berbeda-beda di setiap wilayah, misalnya kawasan Timur Tengah atau beberapa negara Eropa tidak rentan dengan bencana alam karena postur alamnya tidak rentan dengan jenis-jenis bencana alam seperti dia atas. Demikian pula di Indonesia, fenomena alam yang menakutkan di beberapa kawasan dunia juga tidak menjadi ancaman serius karena karakteristik alam di Indonesia tidak berpotensi untuk membentuk musibah seperti itu, misalnya badai debu, atau hujan salju yang dapat menghentikan semua aktivitas manusia dan fenomena alam lainnya seperti terik matahari yang begitu panas.
Fenomena alam, karakteristik alam, dan postur alam yang berbeda-beda di setiap kawasan sudah menjadi ketentuan tuhan atau sunnatullah. Artinya Allah menciptakan alam ini sesuai dengan karakteristik masing-masing dan setiap penghuni bumi harus rela menerima ketentuan tuhan ini di mana mereka hidup. Karakteristik alam Indonesia berbeda dengan karakteristik alam di Timur Tengah, Afrika dan Eropa semuanya tergantung pada letak geografisnya. Perbedaan-perbedaan ini tampaknya sesuai dengan firman Allah Swt dalam surah Alqamar Ayat 49 yang mengatakan bahwa “Sesungguhnya kami telah menciptakan segala sesuatu itu sesuai dengan taqdir mereka masing-masing”(QS.49).
Takdir atau Qadr bukan hanya diciptakan untuk manusia saja tetapi juga makhluk-makhuk lainnya seperti bumi, matahari, bulan dan planet yang memiliki takdir masing-masing. Tuhan menciptakan bumi dengan takdirnya sebagai makhluk yang mengandung air, terdiri dari beberapa lapisan dan memiliki kandungan yang beraneka ragam yang dapat dimanfaatkan untuk kesinambungan hidup manusia. Namun pada waktu yang sama tuhan juga menciptakan bumi dengan takdir lain yang dapat menjadi musibah bagi manusia yang hidup di atasnya seperti gempa, longsor dan tsunami.
Jika terjadi sebuah musibah, gempa atau tsunami di sebuah tempat, maka sudah barang tentu itu adalah takdir bagi mereka yang ada di lokasi itu baik manusia, hewan dan semua yang ada di lokasi itu sebagai takdir dan musibah baginya. Karena itu, Rasulullah melarang kita memasuki suatu lokasi yang sudah jelas rawan atau rentan dengan sesuatu yang dapat membahayakan hidup kita dan melarang berdiam di suatu tempat yang sudah jelas mengancam kehidupan kita. Namun jika kita berdomisili di wilayah itu kemudian bencana itu datang maka kita hanya bisa berdoa yang terbaik atas musibah itu dan perlindungan atas keburukan yang dibawa musibah itu.
Orang lain yang ada di tempat lain atau yang ada di tempat itu sendiri tidak boleh mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi akibat ulah orang lain di tempat yang lain. Tuhan tidak akan mungkin menghukum orang lain karena dosa orang lain pula. Karenanya mengaitkan misalnya musibah gempa bumi di Lombok dengan penyelenggaraan Asian Games merupakan bentuk pemahaman yang tidak hanya dangkal tetapi sangat menyesatkan dalam memahami qhada dan qadar.
Yang bisa dikaitkan hanya sebatas perhatian pemerintah saja, itupun perhatian negara terhadap musibah Lombok cukup besar termasuk minute silent semua peserta dan yang hadir pada acara pembukaan Asian Games terhadap musibah di Lombok. Musibah selalu ada hikmahnya. Hal paling penting saling menolong dan menguatkan, bukan justru menyalahkan dan mengaitkan hal lain karena musibah yang telah ditakdirkan Tuhan.
Wallahu a’lam.