Nadia Murad, korban kekejaman ISIS, meminta dunia 'bersikap adil' terhadap ISIS. Sumber bbc.com

Benarkah Dunia Tidak Adil ke Milisi ISIS?

Jakarta – Meski kekejaman dan kebiadaban kelompok teroris internasional ISIS telah diketahui seluruh dunia, namun hingga kini masih ada kesan kuat bahwa dunia tidak berlaku adil terhadap para penjahat kemanusiaan tersebut. Hal ini diungkap salah satunya oleh perempuan Yazidi yang sempat diculik dan dijadikan budak seks oleh ISIS, Nadia Murad.

Dikutip dari CNN.com, Senin (20/03/17), Nadia meminta komitmen serius dari pemerintah Irak dan PBB untuk membentuk tim investigasi khusus yang nantinya akan menyeret milisi ISIS ke pengadilan internasional. Nadia menyebut kekejaman kelompok teroris ISIS telah melampaui batas.

“Pagi hari di tanggal 3 Agustus 2014, mereka (milisi ISIS, red) datang menyerang kami,” ceritanya perihal awal kedatangan ISIS ke kampung halamannya di Sinjair, Kurdistan.

“Sebanyak 6.500 perempuan dan anak-anak dari suku Yazidi mereka culik, 5000 orang lebih bahkan dibunuh di hari itu. Selama delapan bulan mereka pisahkan kami dari keluarga kami, beberapa di antara mereka telah dibunuh dan sebagian lagi menghilang entah kemana,” lanjutnya.

Ibu dan enam saudaranya dibunuh ISIS, sementara dirinya –bersama perempuan-perempuan Yazidi yang belum menikah lainnya—dijadikan budak seks. Mereka dipaksa melayani seks para milisi ISIS yang terkenal kejam dan biadab.

Nadia bahkan mengaku pernah diporkosa beramai-ramai hingga ia pingsan lantaran ketahuan akan melarikan diri. Hal ini pernah ia sampaikan langsung kepada PBB pada 2015 lalu, di mana ia juga mengungkap hal yang sangat menyedihkan, yakni keyakinan para milisi ISIS bahwa perlakuakn kejamnya terhadap perempuan dianggap dibenarkan oleh agama.

Sementara itu, kuasa hukum Nadia dari International Human Right Lawyer, Amal Clooney menegaskan bahwa sekarang lah saatnya untuk menyeret ISIS ke pengadilan atas kejahatan yang disebutnya sebagai “kejahatan terburuk abad ini”.

“Kami tahu bahwa saat ini ada kampanye militer untuk mengalahkan ISIS di medan perang. Kami juga ingin menyaksikan anggota ISIS di ruang pengadilan,” tegas Clooney.

“Hingga saat ini belum ada satupun penuntutan hukum untuk milisi ISIS di pengadilan manapun di seluruh dunia terkait kejahatan ISIS terhadap perempuan dari suku Yazidi,” tambahnya.

Minggu lalu Clooney meminta PBB untuk meyakinkan komite keamanan dunia agar memulai penyelidikan di Irak untuk mengumpulkan bukti-bukti kejahatan kelompok ISIS. Hal ini perlu dilakukan sebab menurutnya, “ISIS bukan hanya ancaman lokal, mereka adalah ancaman global.”

Fakta bahwa belum ada proses peradilan terhadap milisi ISIS, khususnya terkait kejahatan yang mereka lakukan terhadap perempuan dan anak-anak Yazidi, memunculkan anggapan bahwa dunia belum memperlakukan ISIS secara adil, yakni dengan tidak menyeretnya ke meja peradilan.