Jakarta – Sebanyak 12 Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam (BEM PTAI) se-Jabodetabek menyatakan sikap menolak paham radikalisme dan tegas mengantisipasi upaya paham tersebut mengotori kampus.
Selain menolak paham radikalisme, ke-12 BEM PTAI juga mengeluarkan 10 rekomendasi hasil ijtima mahasiswa muslim sebagai bentuk kepedulian terhadap keutuhan NKRI berlandaskan semangat perayaan 90 tahun Sumpah Pemuda.
Pernyataan sikap dan rekomendasi ini dideklarasikan dalam acara diskusi bertema “Menatap Masa Depan Mahasiswa Muslim: Peluang dan Tantangan dengan Semangat Sumpah Pemuda” yang diadakan di Warung Apresiasi (Wapress), Bulungan, Jakarta Selatan, Senin (29/10) siang.
Ke-12 BEM PTAI yang terlibat dalam pernyatan sikap dan perumusan ke-10 rekomendasi itu adalah UMJ, Unpam, PTIQ, IIQ, Az Zahra, Unisma, STMIK Eresha, STFI Sadra, Uhamka, dan UIN.
“Kami dari BEM PTAI se-Jabodetabek tegas menolak segala bentuk paham radikalisme, terlebih khusus terhadap paham radikalisme yang dikemas dalam bentuk ajaran Islam,” kata Ketua BEM Islam se-Indonesia, Cecep kepada damailahindonesiaku.com.
“Kami juga menolak keras upaya-upaya yang dilakukan para oknum untuk membawa paham radikalisme ke dalam lingkungan kampus,” tegasnya lagi.
Sekretaris Jenderal BEM PTAI, Yayan turut menambahkan, kampus sebagai lingkungan pendidikan sudah semestinya steril dari segala macam bentuk pemahaman yang berpotensi merusak tatanan kehidupan dan persatuan bangsa.
“Sebagai pemuda yang sangat menyintai negeri ini, tentunya kami tak kan bisa menerima apapun bentuk pemahaman yang bisa merusak bangsa ini. Apalagi jika pemahaman tersebut dibungkus dengan ajaran Islam yang pemahamannya tidak komprehensif,” jelasnya.
Sementara itu, Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (Persma UMJ) yang juga Koordinator Pusat Perguruan Tinggi Muhammadiyah Indonesia (Korpus PTMI), Rahmat Sarif mengatakan, kampus sebagai lingkungan pendidikan harus obyektif dan steril dari pemahaman radikal yang punya potensi mengancam persatuan bangsa.
“Kami berharap seluruh kampus di Indonesia bisa mengantisipasi masuknya paham radikal. Jangan sampai ada kampus yang terjebak dan terjerat paham radikal,” ujarnya.
Berbarengan dengan pernyataan sikap menolak radikalisme mengotori kampus, pada kesempatan ini ke-12 BEM PTAI juga mendeklarasikan 10 rekomendasi hasil ijtima mahasiswa muslim. Ke-10 rekomendasi yang dideklarasikan bertujuan menjadi bahan masukan bagi pemerintah agar bisa lebih baik lagi bekerja membangun NKRI.
“Kami menyadari tak semua pihak sepakat dengan 10 rekomendasi yang kami berikan. Ijtima ulama saja memunculkan pro dan kontra di kalangan ulama.”
“Jadi buat kami adalah wajar dan biasa jika ada yang mendukung atau menolak rekomendasi ijtima kami. Yang penting tujuan rekomendasi tersebut adalah untuk membuat bangsa ini lebih baik dari sebelumnya,” Cecep kembali menjelaskan.
Menurutnya, ke-10 rekomendasi itu bisa diartikan sebagai bentuk sumbangsih pemuda Islam untuk turut menyelesaikan sejumlah persoalan berbangsa yang terjadi saat ini.
Beberapa persoalan di maksud itu antara lain, kurs rupiah terhadap dolar AS yang melewati angka Rp15.000, kemudian maraknya informasi hoaks yang beredar di masyarakat, serta kejelasan sikap menghadapi situasi arah politik yang kian memanas dan berpotensi menimbulkan perpecahan dan perang saudara.
“Semangat perayaan 90 tahun Sumpah Pemuda adalah momentum buat kami menegaskan sikap dan pandangan kami sebagai mahasiswa muslim terhadap kondisi bangsa saat ini. Kami tak ingin keutuhan bangsa yang beraneka ragam ini tercerai berai akibat persoalan yang muncul akhir-akhir ini,” Yayan turut menimpali.
10 rekomendasi hasil ijtima mahasiswa muslim
- Menjaga serta merawat kemurnian UUD 1945 dam NKRI.
- Turut menciptakan perdamaian serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
- Mengecam segala bentuk hoaks dan mendukung Polri memberantas para penyebar hoaks sampai ke akar-akarnya.
- Mendukung dan mengawal upaya pemerintah untuk terus melanjutkan pembangunan infratruktur sampai ke pelosok.
- Menyikapi arah politik yang terkesan akan menimbulkan perpecahan dan perang saudara dengan hati yang tenang. Dan mengajak seluruh masyarakat menjaga kerukunan berbangsa dan bernegara.
- Mendukung upaya pemerintah untuk terus berjuang keras dalam memperbaiki kestabilan ekonomi dan ikut serta dalam upaya membangun pertumbuhan ekonomi dan sektor terkecil pada individu mahasiswa milenial.
- Menyikapi pembakaran bendera bertuliskan kaliman Tauhid dengan tenang dan tidak terprovokasi serta mengawal aparat hukum yang berwenang dalam menangani polemic tersebut.
- Mendukung pemerintah dan mengawal pemerintah menyelesaikan Nawacitanya.
- Meminta pemerintah untuk selalu melibatkan anak muda yang kreatif dan inovatif untuk membangun bangsa seperti yang telah terukir dalam sejarah bahwa peran pemuda pemudi sebagai tonggak persatuan.
- Mengajak seluruh kaum milenial untuk bersama-sama mendukung kebijakan pemerintah yang pro terhadap rakyat.