Brussels – Belgia dilaporkan memulangkan enam ibu dan 10 anak terduga anggota ISIS dari Suriah. Tindakan repatriasi disebut merupakan yang terbesar sejak kelompok teroris itu dinyatakan kalah pada 2019. Ratusan orang Eropa yang berkelana ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teroris itu disebut ditahan di kamp yang dikelola Kurdi.
Kebanyakan negara Eropa yang warganya bergabung tidak menginginkan mereka pulang. Namun tidak demikian dengan Belgia.
Dilansir BBC Satu (17/7/2021), Belgia berniat memulangkan ibu dan anak yang ditawan di utara Suriah. Media setempat melaporkan, penawaran pemerintah untuk repatriasi ditolak oleh tiga ibu dan tujuh anak yang lain.
Pemerintah menyatakan, begitu mereka dipulangkan dari kamp al-Roj, mereka akan langsung ditangkap. Setelah itu terduga anggota ISIS diproses dengan UU Anti-terorisme. Adapun anak mereka akan dibawa dalam pengasuhan terpisah.
Perdana Menteri Alexander de Croo pada Maret mengumumkan, mereka akan mencoba memulangkan usia di bawah 12 tahun demi keselamatan mereka.
Heidi De Pauw dari Child Focus memuji keputusan tersebut. Dia berujar anak-anak harus dibawa keluar dari zona perang itu. Sejak mendeklarasikan “kekkhalifahan” pada 2014, sekitar 400 warga Belgia memilih bergabung dengan ISIS. Saat berada di puncak momentum, teroris dengan akronom Arab Daesh itu menguasai 88.000 km persegi dari Suriah ke Irak.
Setelah ISIS dinyatakan kalah pada Maret 2019, terduga teroris tersebut dibawa ke kamp al-Roj yang dikelola Kurdi. Karena khawatir akan mengancam publik, negara-negara Eropa memutuskan tidak memulangkan anggota ISIS. Meski begitu, aktivis HAM menyerukan bahwa jika dibiarkan di al-Roj, maka perempuan dan anak-anak itu terancam teradikalisasi dan terkena penyakit.