Tangerang – Sedikitnya enam teroris kelompok Abu Sayaf berhasil dilumpuhkan kurang dari 60 menit sejak upaya pembajakan pesawat di terminal 1A bandara internasional Soekarno Hatta mereka mulai, kemarin, Kamis (08/12/16). Dalam sebuah skenario penyerangan teroris di bandara, diketahui seorang calon penumpang yang kedapatan membawa sebuah peluncur roket dalam tasnya. Pihak keamanan bandara lantas melakukan penangkapan dan mengamankan yang bersangkutan untuk ditindak lebih lanjut.
Tanpa disadari, sekelompok orang rupanya telah bersiap melakukan penyerangan untuk melepaskan rekannya yang ditahan pihak keamanan bandara. Mereka lantas berhamburan masuk kedalam terminal 1A bandara dengan melepaskan sejumlah tembakan ke udara. Tidak hanya membebaskan rekannya, kelompok yang diketahui merupakan bagian dari jaringan Abu sayaf ini juga menyandera sejumlah orang, termasuk awak pesawat dan beberapa calon penumpang.
Atas situasi krisis ini, sesuai dengan prosedur operasi, kapolres bandara lantas melaporkan ke Kapolda untuk kemudian diteruskan ke Kapolri. Laporan itu diterukan ke presiden yang kemudian segera memerintahkan kepala BNPT untuk mengaktifkan pusat pengendalian krisis (Pusdalsis). Atas perintah ini, kepala BNPT memerintahkan Detasemen Bravo Paskhas dan Densus 88 antiteror Korps Brimob Polri untuk segera bergerak ke lokasi kejadian dan menindak kelompok teror tersebut.
Kesigapan dan keterampilan aparat khusus ini dalam menghadapi situasi krisis terorisme membuat penanganan terorisme dapat diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat. Tidak sampai satu jam, kawanan teroris berhasil dilumpuhkan.
Demikian scenario penanganan situasi krisis terorisme yang diperagakan sejumlah satgas gabungan dalam simulasi yang digelar di terminal 1A bandara internasional Soekarno Hatta. Selain menunjukkan sejumlah teknik, simulasi yang diawasi langsung oleh kepala BNPT ini juga menampilkan peralatan-peralatan canggih yang sebagian besar merupakan karya anak-anak negeri.
Simulasi ini sendiri dilakukan usai upacara penutupan latihan bersama penanggulangan kondisi krisis (gulkonsis) angkatan VI tahun 2016 yang telah digelar sejak tanggal 5 Desembar 2016.
Usai menyaksikan simulasi, Kepala BNPT, Komjen Pol. Suhardi Alius menyatakan puas. “Kita lihat tadi ada Satuan 81 /Penaggulangan Teror Kopassus, Denjaka TNI AL, Satuan Bravo 90 Paskhas TNI-AU, Densus 88, Brimob Polri, Avsec, Imigarasi, Bea Cukai. Semua bekerja sama bagaimana mereka mengambil peran masing-masing supaya cepat dalam mengatasi dan menanggulangi kondisi krisis di bandara saat ada ancaman terorisme. Ini kita latihkan terus supaya cepat gerakannya,” jelasnya.
Menurutnya, latihan gabungan seperti ini perlu terus dilakukan, utamanya dengan menambahkan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan terkini terkait potensi serangan terorisme. Ia menjelaskan, kelompok teroris sudah mulai menggunakan berbagai senjata berbahaya dalam setiap aksi terornya. “Mereka (teroris, red) menggunakan senjata KBRN, yakni; Kimia, biologi, radio aktif, dan unsur nuklir. Plus satu lagi, explosive,” lanjutnya.
Kedepan, pihaknya mengaku akan terus melakukan pelatihan-pelatihan serupa, tentu dengan obyek yang berbeda, seperti di pelabuhan. “Karena ancaman terorisme bisa masuk dari mana saja, selain melalui jalur udara bisa juga melalui pelabuhan laut dan bisa juga melalui sarana dan prasarana transportsi darat seperti terminal dan stasiun kereta api,” tutupnya.