Jakarta – Peristiwa serangan bom yang terjadi di Hotel JW Marriott, Jakarta Selatan, pada 5 Agustus 2003 lalu menjadi kenangan pahit bagi para korban maupun keluarga penyintas. Tak hanya mereka yang terdampak langsung, aksi teror ini juga menjadi catatan kelam yang menguasai perjalanan Bangsa Indonesia.
Perwakilan Yayasan Keluarga Penyintas (YKP), Vivi Nurmasari memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) telah merealisasikan acara yang mempertemukan antara penyintas dan mitra deradikalisasi dalam sebuah momen peringatan 2 dekade ledakan JW Marriott Hotel sekaligus bedah buku memoar korban JW Marriott, The Power of Forgiveness. Buku itu ditulis Tony Soemarno selaku salah seorang penyintas bom Marriott.
“Terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepada BNPT, Densus 88 dan LPSK yang telah mewujudkan kegiatan ini,” katanya dalam keterangan yang diterima, Selasa (8/8/2023).
Vivi mengatakan acara peringatan 20 tahun ledakan JW Marriott ini bertujuan untuk menjadi ajang refleksi, terutama bagi para penyintas yang kini telah memiliki kehidupan baru.
Acara yang bertema pertemuan yang diusung tahun ini yakni “Memaafkan adalah Sebuah Keberanian dari Seorang Manusia,” yang dikutip dari kalimat bijak Indira Gandhi.
Dengan tema ini, para penyintas membuka pintu maaf yang sebesar-besarnya kepada para mitra deradikalisasi sekaligus berdamai dengan kenangan buruk masa lampau.
“Hari ini kita mengenang peristiwa pemboman 20 tahun silam bukan untuk meratapi kejadian yang telah kita alami, namun untuk merefleksi diri kita untuk menjadi manusia yang lebih baik, lebih kuat, lebih mandiri serta dapat berdamai dengan jiwa kita untuk memaafkan para pelaku,” kata Vivi.
Sementara itu, Direktur Deradikalisasi BNPT RI, Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid mengapresiasi langkah berani para penyintas dalam memaafkan kesalahan mitra deradikalisasi di masa lampau. Menurutnya, memaafkan adalah salah satu bentuk syukur yang paling tinggi terhadap Tuhan.
“Terima kasih kepada teman-teman penyintas yang dengan segala kerendahan hati memaafkan saudara-saudara kita yang pernah melakukan sesuatu yang merugikan semua pihak,” kata Ahmad Nurwakhid.
Peringatan 20 tahun bom JW Marriott bukan memperingati tragedi yang menyedihkan, tetapi peristiwa itu harus menjadi kaca spion untuk melihat ke belakang sebagai wujud refleksi agar jangan sampai kejadian yang sama terulang.
“Kita menyongsong masa depan dengan bersatu, bergabungnya antara penyintas, mitra deradikalisasi, petugas Densus 88 maupun BNPT, insyaallah akan ditiru oleh yang lainnya,” kata dia. (TA)