Jakarta – Imam Anshori Saleh, mantan anggota Komisi Yudisial (KY) menegaskan, ada jargon yang menjadi penyemangat timbulnya aksi teroris yang merugikan banyak pihak. Jargon itu adalah hidup mulia atau mati sahid jika menjadi dan banyak para jihadis yang termakan ‘angin surga’.
Dikatakan, untuk mendukung aksi teroris, kelompok-kelompok ini memiliki orang-orang yang bisa melakukan ‘brain washing’ (cuci otak) terhadap calon baru. Mereka adalah orang-orang yang pintar dan bisa menggiring calon teroris menjadi orang yang siap mati.
“Angin surga mati sahid para jihadis itu jika jadi teroris, hanyalah mati konyol yang tidak artinya. Sayangnya, banyak pelaku teror yang termakan jorgan itu,” kata Imam Anshori Saleh, saat jadi pembicara pada diskusi dan Temu Kader Kebangsaan Indonesia, yang digelar Hendropriyono Stategic Consulting, di Jakarta, Senin (8/5/2017).
Dijelaskan, banyak orang-orang yang awalnya tidak tertarik melakukan aksi teror, bisa termakan dengan jargon ini. Mereka yang akhirnya tertarik dengan aksi teror ini akan dengan entengnya menenteng bom dan merasa tidak rugi melakukan pemboman. Karena dijanjikan mati masuk surga.
Mantan anggota DPR ini menambahkan, padahal kalau dikaji lebih jauh, sebenarnya siapa yang menjaminnya masuk surga? Inilah kelebihan pelaku brain washing ini. “Setelah mereka tercuci otaknya, mereka akan mudah diajar untuk merakit bom dan juga melakukan pemboman itu sendiri,” kata Imam Anshori Saleh.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Jawa Barat (Jabar), Bambang Setiadi, mengungkapkan, maraknya aksi radikalisme, disebabkan lemahnya pengawasan Pemda. Lemahnya pengawasan terhadap radikalisme, di situlah akan tumbuh aksi-aksi teror.
Jika pimpinan daerah memiliki kepedulian terhadap pengamanan dan pencegahan akan tumbuhnya radikalisme itu, pemda harus menyiapkan langkah-langkah antisipasi. Kondisi ini, tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. “Jika Pemda tidak peduli terhadap tumbuhnya radikalisme, kami dari DPP PKPI Jabar yang akan turun tangan,” katanya.