Sinai – Serangan kelompok teror yang diduga dari aliansi ISIS Sinai (Islamic State in North Sinai – ISNS) terhadap jemaah saat shalat Jumat di Masjid Al Rawdah, El Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, mendapat kecaman dunia. Faksi-faksi pro Al-Qaidah menyebut serangan itu sebagai teror yang sangat biadab dan akan membalas dendam kepada para pelaku.
Serangan yang terjadi pada Jumat (24/11/2017) pekan lalu itu, menewaskan 305 orang (27 orang di antaranya anak-anak) dan 128 orang lainnya mengalami luka-luka. ISIS memang belum bersuara dalam serangan ini, namun pemerintah Mesir menduga ada kelompok ISNS di balik tragedi itu, ISNS berbaiat kepada ISIS pada 2014, setelah Abu Bakar al-Baghdadi mengumumkan kekhalifahan.
ISNS adalah militan terbesar di Sinai, namun di wilayah Mesir yang cukup rentan itu banyak kelompok bersenjata lainnya, salah satunya adalah Jundul Islam yang pro-Al-Qaidah. Jundul Islam telah lama memerangi ISNS, bentrokan kedua kelompok ini terakhir terjadi bulan lalu.
Juru bicara Jundul Islam seperti diukutip dari CNN, Selasa (28/11/2017) mengatakan, apa yang dilakukan ISNS terhadap masjid jemaah sufi di Sinai adalah sebuah dosa besar dan pelanggaran berat terhadap kesucian Muslim. ISNS adalah khawarij, istilah Islam untuk pemberontak dan ektremis.
Kelompok pro Al-Qaidah lainnya di Mesir, Ansarul Islam, menyampaikan duka citanya kepada keluarga korban pembantaian tersebut. Mereka mengatakan, Allah akan menjatuhkan azab kepada para pembunuh umat Islam. Dalam pernyataannya, Ansarul Islam berjanji akan balas dendam melawan pengacau yang menumpahkan darah jemaah di rumah Allah.
Berbeda dengan ISIS, Ansarul Islam dan Jundul Islam lebih banyak mengincar tentara Mesir ketimbang warga. Bulan lalu, mereka menyerbu pasukan Mesir di bagian barat negara itu. Kelompok ini dipimpin Hisham Ashmawy, mantan kapten pasukan khusus militer Mesir. Awalnya, dia adalah bagian dari Ansar Baitul Maqdis, namun keluar setelah kelompok itu berbaiat pada ISIS lalu berubah nama menjadi ISNS.