Jakarta — Prof. Dr. Bambang Pranowo dalam paparannya di tengah-tengah ribuan siswa dan guru serta rohis pada acara dialog yang diselenggarakan oleh BNPT di hotel Kartika Chandra tanggal 9 Juni 2016 mengatakan bahwaa sesungguhnya Rasulullah Saw telah memberikan kepada kita umatnya contoh yang paling baik dalam bermuamalah atau bernegosiasi dengan orang lain sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw saat menandatangani perjanjian Hudaibiyah dengan kaum Quraish ketika Nabi hendak menunaikan ibadah haji terakhir sebelum meninggal.
Pranowo mengatakan bahwa jika Nabi saja menerima dan bersedia membuang beberapa kata dalam perjanjian Hudaibiyah yang dianggap sangat esensial, kenapa kita umat Islam saat ini masih saja mempermasalahkan Pancasila yang dianggap telah dirubah dan dihilangkan 7 kata oleh kelompok anti Islam.
Menurut Pranowo bahwa kini bangsa Indonesia dilanda pemahaman-pemahaman radikal yang notabenenya dari anak-anak muda kita saat ini. Fenomena ini telah mengurasi perhatian semua pihak untuk mengetahui lebih jauh tentang pemahaman ini. Dikatakan bahwa sejumlah penelitian telah dilakukan dan berdasarkan hasil penelitan menyebutkan bahwa salah satu penyebab munculnya paham radikalisme di kalangan anak muda karena faktor pengajaran dari guru-guru yang berpandangan ekstrim, misalnya seorang guru agama di masjid mengajarkan kepada anak-anak tentang paham radikalsime termasuk janji-janji tentang pernikahan dengan gadis bidadari jika sahid dalam berjuang
Pandangan mereka terhadap negara adalah negara kafir dan pemimpin-pemimpinnya adalah thogut. Mereka tidak menerima Pancasila sebagai falsafah negara karena dianggap buatan manusia dan menilai semua negara yang kini menjalankan syariat islam seperti Saudi Arabia dan lain bukan negara Islam bahkan yang dianggap negara islam adalah ISIS yang ada di Irak dan Suriah.
Pandangan inilah yang kita kenal sebagai pandangan radikalisme yang mempresentasikan penolakan mereka terhadap sistem politik yang saat ini berlaku di Indonesia dan berkeinginan untuk melakukan perubahan terhadap sistem politik tersebut baik melalui perubahan damai maupun kekerasan.
Ada beberapa orang atau kelompok yang menjadi target dan sasaran mereka karena dianggap sebagai musuh utama antara lain Ahmad dhani yang dianggap keturunan Yahudi, para aparat polisi yang dianggap musuh bebuyutannya dan Ulil Abshar yang dianggap sebagai kelompok jaringan Islam liberal. Mereka juga mennganggap para pegawai-pegawai negeri adalah anhsor thogut atau penolong para thogut. Pancasila dianggap sebagai bentuk penipuan terhadap umat Islam karena sila pertama telah dirubah.
Jika Pancasila dibandingkan dengan perjanjian Hudaibiyah maka sesungguhnya jauh lebih jumlah kata yang dihilangkan dalam perjanjain Hudaibiyah dibanding dengan Pancasila. Oleh karena itu, sangat tidak masuk akal jika hanya masalah itu, lalu generasi kita berpikiran dengan cara yang demikian.