Paris –Pemenggalan seorang guru di Paris setelah menggunakan kartun Nabi Muhammad SAW menjadi bahan diskusi, berbuntut penusukan dua perempuan muslim oleh dua perempuan kulit putih di bawah Menara Eiffel Paris, Selasa (20/10/2020) malam.
Menurut laporan media, kedua wanita kulit putih itu memanggil korbannya dengan sebutan “Arab kotor” dan menyerang mereka. Polisi Prancis telah menangkap kedua tersangka atas tuduhan dugaan serangan rasis pada Minggu (18/10/2020) malam.
Mereka yang ditahan, yang tidak diungkap identitasnya, digambarkan sebagai wanita kulit putih dengan “penampilan Eropa” dan sekarang menghadapi tuduhan percobaan pembunuhan. Demikian disampaikan jaksa penuntut Paris sebagaimana dilansir The Sun.
Seorang korban ditikam enam kali dan menderita tusukan paru-paru dan korban lainnya harus dioperasi pada tangannya. Saksi mata mengaku mereka mendengar “Arab kotor!” dan “Pulanglah ke negaramu sendiri”.
“Panggil layanan darurat, dia menikamnya,” juga terdengar, serta “Lepaskan, kamu binatang besar!”
Dua pekerja toko setempat kemudian turun tangan dan dilaporkan menahan salah satu penyerang sampai polisi tiba. Tersangka kedua ditangkap kemudian.
“Pada 18 Oktober, sekitar jam 8 malam, polisi turun tangan menyusul panggilan darurat dari dua wanita yang terluka oleh pisau di Champs-de-Mars ‘- Lapangan Mars di Menara Eiffel,” demikian disampaikan polisi dalam sebuah pernyataan pada Selasa (20/10/2020) malam.
Para korban serangan Minggu telah diidentifikasi sebagai Kenza (49 tahun), dan Amel, yang beberapa tahun lebih muda. Keduanya adalah wanita Prancis dengan keturunan Aljazair. Kenza ditikam enam kali dan berakhir di rumah sakit dengan paru-paru tertusuk, sementara operasi dilakukan pada salah satu tangan Amel, kata sumber investigasi.
Salah satu korban mengatakan serangan itu bermula saat dia meminta tersangka memakaikan tali pada anjing mereka.
“Kami adalah sebuah keluarga, lima orang dewasa semuanya dan empat anak,” kata Kenza kepada surat kabar Liberation.
“Kami pergi jalan-jalan. Di bawah Menara Eiffel ada taman kecil yang agak gelap, kami melakukan tur kecil di dalamnya. Saat kami berjalan, ada dua anjing yang datang ke arah kami. Anak-anak ketakutan,” ungkapnya.
“Sepupu saya, yang berkerudung, bertanya kepada kedua wanita itu apakah mungkin menjaga anjing mereka mereka karena anak-anak takut.”
Pemilik anjing menolak untuk mengikat hewan mereka dengan tali, dan terjadi pertengkaran sengit, yang termasuk hinaan rasis.
Saat itu, sekira pukul 8 malam dan dalam kegelapan, kedua wanita dengan anjing itu diduga mengeluarkan pisau, dan melompat menyerang Kenza dan Amel.
“Salah satu dari mereka mengambil pisau, dia menyayat tengkorak saya, di punggung di tulang rusuk dan ada tusukan ketiga di lengan. Mereka kemudian menyerang sepupuku,” ujarnya.
Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan menyusul pemenggalan seorang guru di pinggiran kota Paris oleh teroris radikal pekan lalu. Samuel Paty, nama guru itu, ditikam dan dipenggal oleh remaja kelahiran Rusia, Abdullakh Anzarov, (18), karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya.
Pemenggalan terjadi di luar sekolah Bois-d’Aulne di Conflans-Saint-Honorine, utara Paris, tempat Paty mengajar bahasa Prancis dan Geografi.
Komunitas Muslim Prancis, yang berjumlah lebih dari lima juta orang, mengeluhkan meningkatnya Islamofobia yang disebabkan oleh tindakan keras pemerintah terhadap masjid dan organisasi Muslim menyusul kejadian tersebut.