Jakarta – Kelompok teroris ISIS baru saja menunjuk pemimpin baru mereka, Abu Hafs al-Hashimi al-Quraishi. Ia menggantikan pemimpin sebelumnya, Abu al-Hussein al-Husseini al-Qurashi, yang disebutnya tewas dalam baku temap di Suriah barat laut.
Tewasnya Abu al-Hussein al-Husseini al-Qurashi membuat ISIS melancarkan serangan sporadis ke markas tentara Suriah. Informasi terkini mengatakan puluhan tentara tewas akibat serangan kelompok ISIS tersebut.
Disebutkan aksi penembakan oleh pasukan ISIS itu merupakan serangan paling mematikan terhadap pemerintah tahun ini. Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (12/8/2023), menurut kelompok Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, penembakan terhadap sebuah bus tentara Suriah terjadi pada Kamis (10/8) malam.
Para anggota ISIS mengepung bus tersebut di gurun dekat Mayadeen, di provinsi Deir Ezzor, dan langsung melepaskan tembakan.
“Anggota-anggota ISIS menargetkan bus militer di provinsi Deir Ezzor pada hari Kamis (10/8),” kata kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (11/8/2023).
ISIS mengklaim serangan itu pada Jumat (11/8). Kantor berita resmi Suriah, SANA yang mengutip sumber militer, mengatakan “serangan teroris” telah menyebabkan sejumlah korban militer. Serangan kelompok ISIS di provinsi Raqa, Suriah, bekas basis kelompok radikal itu, menewaskan puluhan tentara Suriah.
Sebanyak 33 tentara pasukan pemerintah Suriah meninggal akibat serangan kelompok ISIS. Sebelumnya, korban tewas berjumlah 23 orang.
“Korban tewas akibat serangan bus tentara naik menjadi 33 tentara,” kata Rami Abdel Rahman, yang mengepalai Observatorium, kelompok pemantau berbasis di Inggris yang bergantung pada jaringan sumber yang luas di dalam wilayah Suriah.
Rami Abdel Rahman, yang mengepalai Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan ISIS baru-baru ini meningkatkan serangan militernya yang mematikan yang bertujuan untuk menyebabkan kematian sebanyak mungkin”. Dengan melakukan itu, para anggota ISIS berusaha menunjukkan bahwa kelompok radikal itu masih aktif dan kuat meskipun para pemimpinnya menjadi sasaran.
Meskipun kehilangan wilayah terakhir mereka di Suriah pada tahun 2019, ISIS tetap mempertahankan tempat persembunyian mereka di gurun Suriah yang luas, tempat mereka melakukan serangan-serangan.