Baiat dan Takfiri adalah Konsep Terorisme

Mantan teroris Ustaz Abdurrahman Ayyub dalam sesi dialog “Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Terorisme” yang diselenggarakan oleh BNPT, 28/10/15 di Jogja Expo Center (JEC) mengungkapkan liku-liku selama menjadi salah satu anggota jaringan terorisme mulai dari Indonesia hingga ke Malaysia, Pakistan, Afghanistan, Filipina dan Australia, sampai akhirnya ia bertobat dan meninggalkan kelompok Jamaah Islamiya (JI) untuk kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah lebih dari belasan tahun bergabung dalam kelompok NII dan JI.

Selama itu ia ikut mengkafirkan pemerintah Indonesia dan seluruh aparat pemerintah, serta menghukumi bahwa Indonesia dipimpin oleh orang-orang kafir dan harus diperangi. Karenanya setelah mengikuti latihan militer di Afghanistan, ia bertekad untuk menghancurkan pemerintahan NKRI melalui perang melawan pemerintah Indonesia.

Pemikiran Jamaah Islamiya menurut Ustaz Ayyub sangat jauh dari pemahaman Islam yang sebenarnya, kelompok JI menggunakan ayat-ayat Alquran tanpa memahami makna ayat-ayat tersebut. Dalam doktrin JI, tidak ada istilah ilmiah dan kritis, karena itu adalah bentuk bid’ah. Semua pendukung dan anggota JI hanya memegang satu kitab dan pemahaman yang telah didoktrinkan oleh guru-guru mereka.

Anggota JI tidak diperbolehkan membaca buku-buku lain, mereka mengharamkan buku-buku karena ulama yang menulis buku-buku itu dikategorikan sebagai orang kafir sebab ikut kepada pemerintahan yang tidak menjalankan syariat Islam. Karena itu, dalam doktrin JI tidak ada istilah diskusi ilmiah, padahal Islam sendiri mengajarkan kepada umatnya untuk menggunakan pikiran dan tidak serta merta menerima informasi yang diterima, akan tetapi harus diteliti secara akurat sehingga sebuah informasi dan ilmu yang diperoleh dianggap aktual dan sah.

Dalam hal Jihad dan Khilafah, JI menganggap bahwa hal tersebut harus dilakukan karena perintah agama yang mutlak dilakukan. Dengan demikian siapapun di dunia ini dan negara manapun yang tidak menjalankan syariat Islam, maka ia adalah kafir, termasuk pemerintahan Arab Saudi yang juga dikafirkan oleh kelompok-kelompok JI. Kelompok radikal ini mengkafirkan Arab Saudi meski di negeri tersebut terdapat dua kota suci untuk umat Islam: Mekkah dan Madinah. Asumsinya, jika Arab saja bisa mereka kafirkan, maka negara-negara muslim lain akan lebih mudah mereka tunggangi.

Hal menarik dari uraian ustadz Ayyub adalah identifikasi doktrin-doktrin Jamaah Islamiyah yang berafiliasi ke teroris, yaitu baiat, takfiri dan taghut. Artinya jika satu kelompok mensyaratkan baiat dan menggunakan doktrin takfiri serta taghut maka itu bagian dari proses awal menuju anggota terorisme yang mengatasnamakan agama. Karena itu Ustadz Ayyub menghimbau peserta dialog agar hati-hati dan waspada terhadap doktrin seperti itu, karena secara berangsur-angsur akan menjadi anggota terorisme.

Hal yang lebih menarik lagi ketika ia menyinggung bagaimana ia memutuskan untuk meninggalkan kelompok Jamaah Islmiya dan kembali ke NKRI. Menurut Ayyub, setelah bertahun-tahun bergelut dalam dunia ekstrimisme, ia mulai sering bertemu dengan tokoh-tokoh Islam dari Arab Saudi dan sejumlah negara Arab lainnya, saat itu ia tinggal di Australia yang merupakan salah satu negara yang sering dikunjungi ulam-ulama Timur Tengah karena banyaknya warga Timur Tengah yang berdomisli di negara Kanguru itu.

Dalam proses dialog dari waktu ke waktu dengan para ulama itu, ia sampai pada kesimpulan bahwa ternyata keyakinan yang dianut selama ini adalah salah dan keliru. Bahkan menurut para ulama itu, pemahaman Islam yang dianut ust Ayyub saat itu adalah bagian dari kelompok khawarij yang kelak di akhirat hanya akan menjadi anjing-anjing neraka, karena itu pada akhirnya Ustaz Ayyub meninggalkan kelompok JI dan kembali ke Indonesia untuk menjadi warga muslim yang nasionalis.

#damaidarijogja