Jakarta – Umat beragama di Indonesia diminta untuk selalu berhati-hati dalam menyikapi berita berita bohong atau hoax. Karena hoax baik itu dunia nyata maupun dunia maya bisa merusak kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan mengancam keutuhan NKRI. Untuk mengantisipasi itu, masyarakat diimbau untuk aktif melakukan ronda di media sosial (medsos) agar bisa melakukan deteksi dini terhadap ancaman perpecahan dan kekerasan yang ditimbulkan hoax.
“Masyarakat harus peduli dan aktif melakukan pengamatan sebagai antisipasi. Jangan cuek dan terkesan tidak peduli. Saya berharap seiring berjalannya waktu masyarakat sudah bisa mengenal mana yang hoax dan mana yang provokasi, serta mana berita yang menyejukkan,” kata Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin di Jakarta, Selasa (27/2/2018).
Menurut Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), hoax ini adalah bahaya besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pasalnya, hoax bisa menjadi kendaraan pihak tertentu untuk melakukan adu domba dan fitnah.
“Jelas sangat bahaya kalau sampai terjadi persebaran hoax yang dalam bahasa agama dikatakan fitnah. Kalaupun berita itu benar namun dipakai untuk menyudutkan pihak lain tentunya hal tersebut tidak dibenarkan juga oleh agama apapun,” imbuh Din Syamsuddin.
Mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah periode 2005-2015 ini meminta kepada umat beragama, terutama umat islam untuk selalu harus berhati-hati terhadap berita yang belum tentu kebenarannya. Apalagi dalam Al Quran sudah disebutkan untuk melakukan tabayyun yakni mencari meneliti dan menyeleksi kejelasan suatu berita hingga jelas dan benar keadaannya.
“Tapi kalau berita itu benar adanya apalagi kalau sudah menjadi opini publik maka jangan juga dikesampingkan. Karena sekarang ini isu hoax menjadi gencar sekali. Kadang mereka bilang ‘Wah itu hoax’. padahal isunya banar. Ini yang harus bisa disikapi masyarakat untuk selalu mencari asal-usul informasi itu secara jelas,” terang Din.
Terkait banyaknya generasi muda kita yang belum bisa memilah informasi sehingga sangat mudahnya menyebarkan hoax di media sosial, Din Syamsuddin menilai perlu peran dari keluarga untuk mengawasinya.
“Peran keluarga tentunya sangat diperlukan. Orang tua jangan tidak peduli terhadap anak-anaknya. Orang tua harus bisa memberikan arahan kepada anak-anaknya untuk selalu waspada terhadap segala informasi yang ada di dunia maya,” ungkap ini.
Namun demikian dalam pengamatannya banyak juga generasi muda kita yang merasa cuek dan tidak peduli dalam menanggapi maraknya berita hoax yang ada di media sosial. Dirinya juga beranggapan kecil kemungkinan bagi generasi millenial ini melakukan penyebaran berita hoax secara pribadi.
“Generasi muda kita ini biasa-biasa saja, kadang mereka cuek. Generasi milineal ini cuek, seperti tidak peduli. Konsen mereka itu rendah terhadap hal itu bahkan itu berlaku bukan pada generasi milineal, tetapi pada generasi lainnya,” ujanrya.
Dirinya menilai penyebaran hoax ini banyak bermunculan seiring dengan adanya pesta demokrasi atau pilkada. Dan hal tersebut dilakukan oleh kelompok-kelompok atau tim yang masuk dalam jaringan kontestan pilkada demi kepentingan politik tertentu dalam upaya mencapai kemenangan. Hal tersebut tentunya sangat tidak baik jika dibiarkan terus menerus
“Generasi muda saya lihat kalau dari pribadi mereka banyak yang cuek. Mereka beranggapan, ‘Emamg gue pikirin.’ Namun berita hoax ini justru dihembuskan dan disebarkan oleh kelompok-klompok pendukung fanatik bagi sebuah kepentingan politik tertent . Apalagi menjelang Pilkada ini, itu yang banyak terjadi. Lalu kemudian ditanggapi oleh fanatikus-fanatikus. Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja,” terangnya.
Agar hoax tidak muncul terus menerus di masyarakat, Din meminta aparat bertindak tegas dengan melakukan pendekatan hukum secara adil tanpa pandang bulu.