Ambon – Peredaran berita bohong atau hoax dalam beberapa waktu terakhir dianggap sudah sangat mengkhawatirkan, dan disinyalir turut serta menjadi sarana penyebarluasan paham radikal terorisme. Dewan Pers berbagi tips agar peredaran hoax bisa ditekan.
Anggota Dewan Pers, Imam Wahyudi, dalam kegiatan Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme Terorisme di Ambon, Maluku, Kamis (30/3/2017), mengatakan salah satu faktor tingginya peredaran hoax adalah cara masyarakat dalam mengkonsumsi pemberitaan media massa.
“Kebiasaan masyarakat kita, berita dibaca separo dan jika dianggap menarik akan disebar. Padahal berita yang tidak utuh belum bisa dipastikan kebenarannya. Oleh sebab itu baca berita secara utuh, baru sebarkan,” tandas Imam.
Imam menambahkan, masyarakat juga diminta melakukan seleksi secara ketat terhadap berita yang akan disebarluaskannya. “Jika sudah dibaca lengkap masih ragu, cari referensi lain, bandingkan dengan berita di media lainnya. Jika sudah dianggap benar dan memang layak disebarkan, silahkan dibagi,” tegasnya.
Selain pada cara masyarakat dalam mengkonsumsi berita, masih kata Imam, maraknya peredaran hoax juga diakibatkan sikap media massa pers sebagai pihak yang mempublikasikannya.
“Pers dalam membuat berita wajib memegang teguh kaidah jurnalistik, kode etik dan UU Pers wajib dijalankan. Masyarakat hanyalah konsumen, fungsi kontrol pertama ada di redaksi media massa,” urai Imam di hadapan peserta yang beberapa di antaranya wartawan media lokal di Ambon.
Anggota Badan Kehormatan Ikatan Jurnalis Televsi Indonesia (IJTI) tersebut juga mengatakan, membuat dan mempublikasikan berita yang berujung hoax saat ini tidak hanya dilakukan media abal-abal, akan tetapi media massa mainstream memiliki potensi yang sama. “Kuncinya di kehati-hatian. Laksanakan dengan benar kaidah jurnalistik, agar berita yang dipublikasikan tidak menjadi hoax di masyarakat,” pungkasnya.
Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme Terorisme adalah salah satu metode dari kegiatan dengan nama yang sama. 2 metode lainnya adalah Visit Media dan lomba karya jurnalistik (cetak/online) yang mengangkat tema kearifan lokal. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan menggandeng Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 32 provinsi se-Indonesia. [shk]