Berlin – Kepala Kantor Federal Perlindungan Konstitusi Jerman, Hans-Georg Maassen, mengingatkan bahwa negara tersebut tengah berada dalam bahaya besar yang berasal dari wanita dan anak-anak Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang kembali dari Suriah dan Irak. Otak mereka sudah dicuci dan mengalami radikalisasi sampai batas tertentu dan bakal menjadi ancaman serius keamanan Jerman.
Saat ini Kantor Federal Perlindungan Konstitusi Jerman (setara dengan MI5), terus mengamati kembalinya beberapa wanita dan anak-anak dari Suriah dan Irak. “Kehadiran mereka bakal menjadi masalah buat kami, karena wanita dan anak-anak ini bisa menjadi bahaya setelah kembali dari negara-negara tersebut,” kata Hans-Georg Maassen seperti dikutip dari ‘dailymail.co.uk’, Senin (4/12/2017).
Dikatakan, saat ini Kantor Perlindungan Konstitusi Jerman juga sudah mengetahui bahwa wanita yang disebut sebagai ‘jihadis’ dan tinggal bertahun-tahun di Suriah dan Irak, tentunya sangat mengenal ideologi ISIS. Tentu saja tidak semuanya kembali ke tanah kelahirannya dengan niat baik, tentu banyak yang kembali dengan niat melakukan teror. Itulah sebabnya, kehadiran mereka harus diawasi.
Warga negara Jerman yang bergabung dengan ISIS tercatat 1000 orang lebih. Untuk berbagai negara di benua Eropa, tercatat 10.000 sampai 15.000 orang yang bertempur di Suriah dan Irak. “Kehadiran mereka di negara asal bakal menghadirkan teror dan ancaman baru. Cuci otak yang dilakukan terhadap mereka di Suriah dan Irak benar-benar membuat negara ini dalam bahaya besar,” jelasnya.
Jerman memang tidak hanya mencermati kembalinya wanita dan anak-anak ketika ISIS sudah mengalami kekalahan di Suriah dan Irak. Negara itu juga mengamati kembalinya
pejuang laki-laki yang masih hidup ke nagara asalnya. Namun, sejauh ini jika menyangkut pejuang laki-laki, belum terlihat ada yang kembali.
Hans-Georg Maassen berasumsi bahwa pejuang laki-laki yang berasal dari Eropa masih berada di Suriah dan Irak. Dia mengatakan bahwa hanya ada sedikit tanda pejuang laki-laki yang masih hidup dan kembali ke negaranya. Hanya saja, kehadiran mereka harus diwaspadai, termasuk jihadis lainnya yang akan berusaha datang ke Eropa.
“Kekalahan ISIS di Suriah dan Irak, sebenarnya bukan tujuan utama. Kehancuran ISIS tidak akan menghapus kelompok teroris itu. ISIS berubah dan sekarang menjadi ancaman di beberapa negara di dunia. Selain itu, kelompok teroris ini juga bermain di jejaring sosial. Ada kekhalifahan cyber global. Ada pesan untuk para pengikutnya yang isinya, Anda tidak perlu datang ke Suriah dan Irak. Anda juga bisa memimpin jihad di tempat Anda berada,” pungkasnya.