Jakarta – Pengamat Timur Tengah dan Teroris, Smith Al-Hadar mengatakan,
tewasnya pemimpin kelompok teroris Islamic State of Iraq and Syria (ISIS),
Abu Bakr al-Baghdadi, tidak menjadikan terorisme hilang begitu saja.
Sebaliknya, ISIS telah mencari negara baru sebagai basis untuk
menyebarluaskan paham dan ajaran mereka, termasuk ke wilayah Asia Tenggara.
Dikatakan, penyebaran ISIS ke negara-negara lain itu juga disebabkan mereka
terdesak di Mosul dan Raqqa. Mereka mencari negara baru untuk dijadikan
basis. Apalagi, ada sekitar 200 anggota mereka yang sudah kembali ke
kampung halaman (negara) masing-masing untuk menyebarkan terorisme.
“Saya mendukung kebijakan dua arah yang diterapkan pemerintah, yakni hard
power dan soft power. Namun, akan lebih baik jika UU Antiterorisme yang
sedang diperbarui segera dituntaskan. UU memungkinkan pihak otoritas
menindak siapa pun apabila terbukti berniat untuk melakukan aksi terorisme.
Ini adalah tindakan preventif,” kata Smith Al-Hadar kepada wartawan di
Jakarta, Kamis (13/7/2017).
Serupa dengan Smith Al-Hadar, mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai mengatakan, pemimpin ISIS memang sudah
tewas. Tetapi, bukan berarti aksi terorisme berhenti, jika kemungkinan
melemah bisa saja. Hal itu tampak ketika mereka terdesak di Mosul dan Raqa.
Ansyaad Mbai mencontohkan, tewasnya Osama bin Laden tidak menghentikan
terorisme, malah muncul organisasi-organisasi ekstrem lain yang serupa.
Namun, dia mengimbau masyarakat tidak takut tetapi mewaspadai kemungkinan
adanya serangan sporadis.
“Yang dikhawatirkan adalah kepanikan mereka karena tidak memiliki pemimpin
sehingga akan bergerak secara sporadis. Yang model seperti ini lebih
berbahaya sebab lebih sulit terdeteksi. Pemerintah harus terus menyuntikkan
optimisme agar masyarakat tidak diliputi ketakutan. Jika masyarakat takut,
terorisme akan menang,” pungkas Ansyaad Mbai.