Jambi – Mantan Komandan Mantiqi III Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas, mengingatkan adanya modus radikalisasi melalui upaya perbandingan antara al Quran dan Pancasila. Upaya itu sendiri dikatakannya sebagai tindakan yang tidak tepat.
Hal ini disampaikan oleh Nasir saat menjadi pemateri di kegiatan Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme di kampus Universitas Jambi, Rabu (23/8/2017). Sasaran radikalisasi ini antara lain kelompok masyarakat dengan pemahaman agama yang dangkal dan sempit.
“Termasuk adik-adik mahasiswa, hati-hati. Biasanya mereka (pelaku radikalisasi, Red.) akan menawarkan, pilih al Quran atau Pancasila. Nah, orang yang pemahaman agamanya dangkal pasti akan memilih al Quran,” ungkap Nasir.
Perbandingan antara al Quran dan Pancasila ini disebut oleh Nasir sebagai sarana paling ampuh untuk menyusupkan paham radikal terorisme ke kalangan dengan pemahaman agama yang dangkal dan sempit.
“Prosesnya terjadi tanpa disadari oleh korbannya. Tadi, dengan ditanya pilih al Quran atau Pancasila, spontan orang yang sempit memahami agama pasti akan memilih al Quran,” urai Nasir.
Padahal, lanjut Nasir, al Quran dan Pancasila tidak sepantasnya dibandingkan dengan tujuan apapun. Al Quran sebagai kitab suci umat Islam adalah karya Allah, tidak pantas dibandingkan dengan Pancasila yang merupakan buatan manusia. “Istilah kerennya tidak apple to apple,” tambahnya.
Untuk menghindari modus perbandingan antara al Quran dan Pancasila, Nasir mengajak masyarakat, khususnya mahasiswa, untuk terus meningkatkan pemahaman agama dan tingkat kekritisannya terhadap hal-hal baru. Melalui sikap kritis, masyarakat disebutnya tidak akan mudah dipengaruhi pendirian dan pemahamannya.
“Belajar agama yang benar, dari guru yang tepat, jangan secara instan melali media sosial. Banyak membaca dan perluas pergaulan untuk memahami Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin,” saran Nasir.
Kegiatan Dialog Pelibatan LDK dan Birokrasi Kampus di kampus Universitas Jambi terselenggara atasu kerjasama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jambi. Kegiatan yang sama sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2017. [shk/shk].