Meriah Setelah 56 Tahun
Sungguh meriah acara Pembukaan Asian games ke 18 di Glora Bung Karno beberapa hari yang lalu. Acara yang dimulai sejak jam 19.00 WIB dan diakhiri 22.00 WIB tersebut dimeriahkan oleh artis-artis generasi Milineal sekelas Via Valen. Panggung dipasang seperempat bagian, memanjang utara selatan dengan hiasan gunung dan air terjun dengan nuansa disesuaikan dengan pencahayaan dan Lighting intrgrated System yang sangat tertata rapi. Kembang api bersahut-sahutan dengan florasi berbeda-beda.
Pembawa acara (MC) terkadang mengibas-ngibaskan lentara senter yang sudah disiapkan dalam goodyback yang telah dibagikan pada semua undangan. Kala lampu dimatikan dan diperintahkan agar lantera dihidup dan dikibaskan, jadilah Glora Bung Kqrmo menjadi tempat jutaan kunang- kunang terbang. Tari-tarian, aubade, kreogafies ditata dengan sangat profesional.
Yang tidak kalah menarik adalah kedatangan bapak Presiden dengan sepeda motor untuk menghindari kemacetan yang ditayangkan videonya melalui layar videotron . Hadirin bertepuk tangan meriaj dan menyerukan” Indonesia…Indonesia”. Dari sisi sebelah selatan yang lain bersahut sahutan laksana koor paduan suara, meneriakan yel yel ” Jokowi…Jokowi”.
Sesi per sesi acara begitu meriah disambut sorak dan riuh tepuk tangan. Masuk ke defile atlet perwakilan negara, juga tidak kalah meriah. Kontingen negara-negara sahabat dikawal bendera negaranya oleh seekor burung garuda emas sebagai pepresentasi Pancasila. Secara umum, bisa dikatakan acara ini terbilang sukses setelah 56 tahun dari penyelenggaraan tahun 1962 di tempat yang sama Glora Bung Karno Senayan Jakarta.
Terorisme dan Olahraga
Terorisme itu ibarat hantu dalam cerita sinetron layar kaca yang bercerita tentang horor. Ia bisa datang tiba-tiba. Bisa terbang melayang -layang. Sosoknya bisa menghilang. Dia tidak langsung tampak. Tapi diam dan betsembunyi di tengah keramaian dan kegelapan. Akhirnya ia akan beraksi membabi-buta dan menyebarkan rasa ketakutan yang meluas.
Karena olahraga dapat diperlombakan, setiap momen selalu ditonton oleh orang banyak. Pertandingan di tingkat kelurahan saja, penonton bisa ratusan apalagi pertandingan yang melibatkan banyak antar negara seperti ajang Asian Games.
Event pertandingan yang diminati masyarakat dunia seperti; sepak bola, tinju kelas dunia bahkan golf selalu ditonton oleh ribuan bahkan puluh ribuan penonton. Event Olahraga seperti Olympiade, Sea Games, dan Asian Games selalu dimiinati manusia dari berbagai klaster umur. Berbagai klaster ekonomi tanpa melihat gender berkumpul.
Teroris dapat memanfaatkan momen keramaian untuk melakukan “amaliyah” jahatnya. Karena sungguh pengaruh perubahan sosial, politik dan geopolitik serta perkembangan teknologi komunikasi telah mulai meninggalkan dan mengembangkan konsep terorisme konvensional sepertia gerilya DII/TII atau perlawanan gerilya padang pasir dan sahara oleh Taliban di Afganistan. Kini mereka (teroris) bisa memasang bom secara konvensional, bisa bunuh diri dengan bom, bisa menembak secara masal, bisa juga menabrakkan kendaraan atau bahkan bisa menyandera pemain. Dan apabila hal ini terjadi, maka kredibilitas bangsa akan dipertaruhkan di mata internasional.
Catatan Kelam Dunia Olahraga Akibat Terorisme
Pertanyaan berikutnya apakah sangat potensial ancaman terorisme di arena keramaian perhelatan olahraga seperti Asian Games. Barangkali prediksi ini bukan sekedar menakut-nakuti karena telah banyak kejadian membuktikan hal tersebut. Berikut adalah rangkaian teror dalam event olahraga yang penulis himpun dari berbagai sumber.
- Olimpiade Munich, Jeman pada 5 September 1972, yaitu kasus di mana terbunuhnya 11 atlet Israel, 9 di antaranya sebelum dibunuh telah disandera terlebih dahulu, termasuk seorang anggota polisi dan seorang pilot yang turut menjadi korban.
- Pada 15 Juli 1996 sebuah bom besar meledak saat event perebutan Piala Eropa di Manchester yang menyebabkan 206 orang terluka parah.
- Pada tanggal 27 Juli 1996 saat berlangsungya Olympiade Park Atlanta di Catennial terjadi serangan yang sebanyak 111 orang terluka. Pelaku yang merupakan aktifis akhirnys dapat ditangkap.
- Pada tanggal 5 April 1997 terjadi serangkaian ancaman terhadap para peserta dan penonton saat balap kuda “The grand national”. Tanpa mau mengambil resiko yang akhirnya pertandingan ditunda.
- Pada tanggal 1 Mei 2000 sebuah Bom diledakkan di tengah-tengah pelaksanaan Liga Champions antara Real Madrid dan Barcelona yang mengakibatkan 17 orang mengalami
- Pada tanggal 8 Mei 2002 Tim Cricket New Zealand dibom di Karachi yang mengakibatkan 14 orang meninggal dunia.
- Pada Mei 2006 Atlet Taekwondo diculik dalam perjalanan menuju Kedubes di Aman, Yordania saat mengurus visa untuk mengikuti Turnamen di Vegas.
- Rally Paris Dakae pada Juli 2006 batal karena ada ancaman teror.
- Pada tanggal 6 April 2008 terjadi serangan yang mengakibatkan 14 orang meninggal termasuk seorang di antaranya menteri Srilangka Jeyaraj Fernandopelle. Total 90 orang cidera oleh serangan teroris Elam Tamil di tengah acara lomba Maraton di Garpalla.
- Pada tanggal 3 Maret 2009 Bus tim Cricket Srilangka di Lahore Pakistan diledakkan yang mengakibatkan 7 orang tewas.
- Pada tanggal 8 Januari 2010, Timnas Togo diserang membabi-buta dengan senapan serbu saat mereka dalam perjalanan untuk mengikuti Piala Afrika.
- Yang tidak kalah mengerikan adalah saat 129 orang tewas dalam aksi teror di Paris, tepatnya di Stade de France saat laga persahabatan Prancis vs Jerman pada tanggal 13 november 2015.
- Olimpiade tahun 2012 di London, Inggris, juga cukup dikejutkan ketika kepolisian tiba-tiba memperketat secara maksimal pengamanan di lokasi Olimpiade setelah menerima informadi dari The Telegraph dan The Sun terlebih media lain juga telah mendapatkan informasi yang sama bahwa akan ada upaya penyerangan teroris dengan menggunakan racun sianida. Pelaku yang bernama Abu Hija Ansari melalui saluran informasi Telegraf dan the Sun juga secara tegas mengklaim bahwa dia sudah memiliki rencana untuk melakukan teror sianida yang akan disebar di Krem pelembab tangan tersebut.
Percayalah Wahai Dunia Olahraga Negara telah Hadir
Melihat contoh aksi teror dalam perayaan olahraga tersebut, tidak bisa dinafikan potensi terorisme di perhelatan seperti Asian Games cukup besar. Karakter terorisme yang mempunyai karakter media oriented dan publisitas internasional menjadikan ajang Asian Games sebagai sasaran potensial. Perhelatan Asian Games tentu saja akan menjadi magnet sasaran kelompok teroris. Karenanya pengamanan dari ancaman terorisme perlu mendapatkan perhatian serius.
Lalu, apa peran negara dalam penyelenggaraan Asian games ke 18 ini? Tentu saja negara harus menjamin kegiatan terlaksana tepat waktu sesuai perencanaan, kenyamanan team dan tamu asing saat berada di Indonesia, serta terjaminnya keamanan saat dan sebelum penyelenggaraan dan pasca kegiatan sampai atlet tamu dan kontingen kembali ke negara masing masing.
Untuk menyakinkankan itu Ketua Inasgoc, Erick Thohir, telah menegaskan bahwa pihaknya akan terus bekerja keras untuk suksesnya penyelenggaraan Asian Games. Bukan hanya dari segi penyelenggaraan, prestasi nasional dan ekonomi semata, tapi lebih dari itu keamanan juga adalah prioritas. Untuk itu pihaknya memohon partisipasi masyarakat Indonesia untuk bersatu agar Asian Games sukses karena olahraga adalah salah satu alat mempersatukan dan meningkatkan nasionalisme bangsa.
Lebih spesifik lagi, apa yang disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol, Suhardi alius yang menjelaskan bahwa ” Kalau di Korea Selatan ada yang namanya ‘zero attack’ dan ‘zero accident’, mudah-mudahan kita juga bisa mencapai itu semua dengan persiapan yang semaksimal mungkin”. Dan untuk meyakinkan kita lagi adalah Jaminan Kapolri yang menuturkan bahwa pihaknya sudah melakukan pencegahan dalam waktu yang sangat lama. Salah satunya dimulai usai kejadian di Mako Brimob lalu. “Ada sudah 300 lebih dilakukan penangkapan pasca di mako Brimob.” Dengan mengejar dan menangkap jejaring teroris artinya negara telah mempersempit ruang gerak mereka.
Semoga Asian Games kali ini dapat terlaksana dengan aman. Inilah tantangan bangsa ini untuk menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya kaya sumberdaya alam, wisata, dan multi kultur, tetapi Indonesia dapat menjadi tuan rumah yang ramah, aman dan nyaman.