Asian Games 2018 Alat Pemersatu Bangsa

Jakarta – Asian Games 2018 tidak hanya sebagai ajang beradu prestasi olahraga, tetapi juga menjadi pemersatu rakyat Indonesia. Perjuangan seluruh atlet untuk mempersembahkan medali telah menumbuhkan semangat dan harapan baru, bahwa meskipun berbeda pandangan dan pilihan, keutuhan NKRI tetap harga mati.

Keakraban serta pelukan antara Presiden Joko Widodo, Calon Presiden Prabowo Subianto dan atlet pencak silat Hanifan memberikan pelajaran yang sangat bermakna, bahwa sejatinya sebagai anak bangsa harus tetap bersatu, dalam kondisi apapun.

Dikutip dari laman kompas.com, Hanifan mengungkap alasannya . Dia mengatakan bahwa bangsa Indonesia harus saling menghargai.

“Saya terharu, pertama, kenapa harus melakukan seperti itu, bangsa Indonesia itu harus saling menghargai, khan banyak di media sosial yang saling memaki,” kata Hanifan seusai acara pengalungan medali seperti dikutip dari Indosiar.

“Padahal, Indonesia tidak seperti itu, saya ingin mempererat silaturahmi,” ujarnya.

Jokowi dan Prabowo memang akan bersaing dalam Pemilihan Presiden 2019. Kehadiran kedua tokoh tersebut menarik perhatian penonton di TMII.

Dalam momentum yang lain, tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Lombok, NTB sedang berduka setelah mengalami musibah gempa bumi yang berlangsung secara berturut-turut, musibah tersebut membawa dampak psikologi yang cukup mendalam.

Namun demikian, masyarakat Lombok sejatinya tidak berlarut-larut dalam kesedihan, karena perhatian pemerintah sangat baik dan tanggap dalam menangani musibah gempa bumi. Pemerintah pusat dan daerah terus berkoordinasi dalam upaya memastikan kondisi masyarakat tertangani dengan baik.

Hingga saat ini Pemerintah pusat telah menyalurkan Rp 1,25 Triliun ke Lombok, seperti dikutip pada laman kompas.com, Staf Ahli Menteri Sosial bidang Perubahan dan Dinamika Sosial Asep Sasa Purnama mengatakan ” Khusus untuk NTB, alokasi di 2018 ini, total anggaranya Rp 1,25 Triliun lebih”.

Dengan perhatian dan penanganan yang sedemikian baik, maka wajar jika atlet lari asal Lombok Lalu Mohammad Zohri diminta oleh keluarganya untuk tetap fokus dalam lomba, meskipun keluarganya hingga saat ini masih berada di pengungsian.

“Semoga dengan Asian Games 2018 mereka bisa terhibur dan tidak sedih lagi. Kemarin, sebelum bertanding, mereka pada pesan ke saya tidak usah memikirkan kami, maksudnya mereka baik-baik saja,” ungkap Zohri usai kualifikasi, Rabu (29/8).

“Saya disuruh fokus untuk menjalani pertandingan ini dan mereka baik-baik saja di sana. Mereka itu semua keluarga saya dan semua warga lombok yang terkena gempa,” sambungnya.

Dikutip dari laman detik.com, Zohri bersama M. Fadlin, Eko Rumbawan, dan Bayu Kertanegara berhasil melangkah ke final lari estafet 4×100 meter Asian Games 2018. Mereka menjadi yang tercepat dalam kualifikasi heat 2 di Stadion Gelora Bung Karno, Rabu (29/8/2018) malam WIB, dengan waktu 39,03 detik.

Meski diminta untuk fokus ke perlombaan, Zohri mengaku pada dasarnya belum bisa. Posisi keluarga yang berada di pengungsian terus menghantui pikirannya.

“Sebenarnya agak sedikit ke ganggu konsentrasi, keluarga, sekarang tidak di rumah. Mereka masih mengungsi di dekat gunung, belakang polsek,” kata Zohri.

Final 4 x 100 meter sendiri akan digelar pada Kamis (30/8) malam WIB nanti.