Nusa Dua – Negara-negara ASEAN yang hadir dalam diskusi tentang Foreign Terrorist Fighter (FTF) yang dipimpin Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, dan Deputi Bidang Kerjasama Internasional Irjen Pol Dr. Petrus R. Golose sepakat bahwa pemahaman terhadap esensi Islam yang sebenarnya bagi kelompok radikal teroris sangatlah minim karena mereka umumnya masih sangat muda.
China menganggap bahwa para kelompok radikal yang ikut dalam beberapa aksi terorisme masih sangat muda dan yakin bahwa mereka tidak paham ajaran Islam yang sebenarnya. Sementara delegasi Brunei Darussalam mengusulkan agar peningkatan pemahaman tentang Islam yang benar mutlak dibutuhkan mengingat yang berkembang sekarang ini adalah paham takfiri yang mengkafirkan semua orang.
Para peserta juga menyimpulkan bahwa para FTF ini banyak yang menggunakan paspor asing bukan paspor dari negara mereka masing masing. Misalnya banyak WN China yang lari ke Suriah dan Turki menggunakan paspor negara lain. Juga buat mereka yang masuk ke negara lain seperti Indonesia dan Malaysia.
Di sisi lain Malaysia menilai bahwa pengalaman Indonesia dalam penanggulangan terorisme sudah sangat ideal dan perlu menjadi sampel bagi negara-negara ASEAN lainnya, khususnya yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Menurut Malays ia bahwa saat ini malaysia juga sedang dilanda gelombang baru dimana muncul berbagai paham yang berbeda dengan pemahamaan agama masyarakat Malasyia selama ini.
Thailand menginginkan agar koordinasi antara sesama negara ASEAN harus terus diperluas dalam upaya penanggulangan terorisme mengingat para FTF tersebut merajalela di beberapa negara.