AS Waspadai Potensi Serangan ISIS di Bandara Kabul Afghanistan

Washington – Amerika Serikat (AS) memperingatkan warga negaranya untuk menghindari bandara Kabul di tengah kekhawatiran terkait potensi serangan ISIS di Afghanistan. Peringatan keamanan ini dikeluarkan pada Minggu (22/8).

Peringatan tersebut mengatakan, hanya mereka yang secara individual diminta untuk melakukan perjalanan oleh perwakilan pemerintah AS yang harus berada di bandara.

Pejabat pertahanan AS mengatakan, mereka memantau perkembangan dan mencari rute alternatif. Dikutip dari BBC, Minggu (22/8), belum ada rincian lebih jauh terkait potensi serangan ISIS ini, dan kelompok teror tersebut belum secara terbuka mengeluarkan ancaman akan melakukan serangan di Kabul.

Peringatan AS ini muncul di tengah berlanjutnya kekacauan di luar terminal bandara dan laporan sejumlah orang terhimpit ketika ribuan orang berusaha melarikan diri dari Afghanistan setelah Taliban merebut negara tersebut.

Mereka yang bekerja untuk AS dan sekutunya, termasuk para aktivis HAM, takut menghadapi pembalasan Taliban jika mereka tidak segera meninggalkan negara tersebut.

Apa yang sebenarnya terjadi di pintu bandara pada Sabtu masih belum jelas. Namun kepala koresponden Sky News, Stuart Ramsay mengatakan orang-orang di depan kerumunan ribuan orang berdesakan sampai tewas, di mana para tentara Inggris berusaha menarik mereka yang dalam bahaya dari kerumunan Dia menggambarkan kejadian itu sebagai hari terburuk dan mereka meyakini sejumlah orang meninggal di TKP.

Departemen Pertahanan AS mengatakan 17.000 orang telah diterbangkan dari bandara Kabul, termasuk 2.500 warga negara AS.

Seorang juru bicara Departemen Pertahanan AS kemudian menyampaikan kepada BBC, mereka telah menerbitkan petunjuk untuk mencegah kerumunan di luar gerbang bandara.

Sekjen NATO, Jens Stoltenberg mengatakan beberapa negara anggota NATO telah mengusulkan bandara Kabul tetap buka untuk evakuasi di atas tanggal 31 Agustus agar lebih banyak orang yang dievakuasi. Beberapa negara takut mereka tidak akan bisa mengevakuasi seluruh warga negaranya, termasuk warga Afghanistan yang diyakini dalam bahaya.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan secara perhitungan matematis sangat tidak mungkin AS bisa mengevakuasi semua warga Afghanistan yang memiliki izin bepergian sampai 31 Agustus.