Washington – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Rabu (14/4/2021, secara resmi mengumumkan penarikan pasukan AS dari Afghanistan mulai 1 Mei 2021. Langkah itu menandai berakhirnya perang terpanjang Amerika.
Dalam pidatonya di Gedung Putih, Biden mengakui tujuan AS di Afghanistan semakin tidak jelas selama dekade terakhir. Dia menetapkan 11 September menjadi batas waktu untuk menarik total 2.500 tentara AS yang tersisa di Afghanistan, bertepatan dengan 20 tahun peringatan serangan 9/11 oleh Al Qaeda di AS.
Menarik diri dari Afghanistan tanpa ‘kemenangan yang jelas’, Biden menyebut pemerintahannya membuka diri terhadap kritik dari berbagai pihak yang menilai langkah tersebut sebagai pengakuan de facto atas kegagalan strategi militer Amerika dalam berperang.
“Itu (perang) tidak pernah dimaksudkan sebagai agenda multi-generasi. Faktanya kami diserang, kami berperang, dan kami telah mencapai tujuan itu. Inilah waktunya untuk mengakhiri perang untuk selamanya,” kata Biden, dikutip Reuters, Kamis (15/4/2021).
Seperti diketahui, perang tersebut telah merenggut setidaknya 2.448 nyawa tentara AS dan menghabiskan dana perang sekitar 2 triliun dolar AS. Jumlah pasukan AS di Afghanistan sendiri mencapai puncaknya lebih dari 100.000 orang pada 2011 silam.
Sebelumnya, mantan Presiden Donald Trump memberikan batas waktu penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada 1 Mei. Namun dia gagal menarik pasukan sebelum meninggalkan Gedung Putih pada Januari lalu. Sementara Biden memastikan penarikan pasukan akan dimulai pada 1 Mei dan berakhir pada 11 September.
Dalam proses penarikan, Biden mengakui ada risiko tersendiri. Risiko yang dimaksud di antaranya Al Qaeda yang mungkin saja akan membangun kembali kekuatannya, atau pemberontak Taliban yang sewaktu-waktu dapat menggulingkan pemerintahan yang didukung AS di Kabul.
“Saya sekarang adalah presiden AS keempat yang memimpin kehadiran pasukan Amerika di Afghanistan. Dua presiden dari Republik dan dua dari Demokrat. Saya tidak akan meneruskan tanggung jawab ini kepada yang kelima,” kata Biden.