New York – Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Mark Esper menuturkan, pihaknya menganggap operasi Turki di Suriah sebagai langkah “impulsif” yang merongrong upaya untuk mengalahkan kelompok teror ISIS. Dia lalu menekankan bahwa AS melanjutkan penarikan pasukannya dari Suriah utara.
“Terlepas dari pertentangan dan peringatan berulang-ulang dari AS dan komunitas internasional, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memerintahkan invasi sepihak Suriah utara,” kata Esper dalam sebuah pernyataan.
“Invasi yang telah mengakibatkan meluasnya korban, pengungsi, perusakan, rasa tidak aman, dan meningkatnya ancaman terhadap militer AS Serangan yang tidak dapat diterima ini juga telah merusak keberhasilan misi multinasional untuk mengalahkan ISIS di Suriah, dan mengakibatkan pembebasan banyak tahanan ISIS yang berbahaya,” sambungnya.
Dikutip dari Sputnik pada Selasa (15/10/2019), Esper menekankan bahwa operasi Turki menempatkan pasukan AS di wilayah tersebut terancam untuk terjerat dalam konflik yang lebih luas.
“Oleh karena itu, atas arahan presiden, Departemen Pertahanan melakukan penarikan secara sengaja personel militer AS dari timur laut Suriah. Tindakan sepihak Turki tidak perlu dan impulsif,” ungkapnya.
Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump, menjatuhkan sanksi kepada Turki atas operasi militernya di Suriah. Sanksi tersebut ditujukan kepada para pejabat dan institusi Turki.
Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengatakan, sanksi diberikan kepada tiga menteri bersama dengan Departemen Pertahanan dan Kementerian Energi Turki. Sementara Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan Trump telah berbicara dengan koleganya dari Turki Presiden Recep Tayyep Erdogan dan menyerukan gencatan senjata.