Washington – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, memperingatkan Perdana Menteri Irak bahwa negaranya akan melakukan tindakan sebagai upaya bela diri jika diserang.
Pernyataan ini muncul setelah terjadi serangan roket terhadap markas tentara Amerika di Irak, yang bertugas memerangi kelompok teroris ISIS. Pompeo mengatakan ini kepada PM Adel Abdul Mahdi pada Minggu (15/3), atau sehari setelah serangan roket terjadi di markas Baghdad utara.
“Menteri Pompeo menggaris-bawahi kelompok yang melakukan penyerangan ini harus bertanggung jawab,” kata Morgan Ortagus, juru bicara Kemenlu AS, seperti dikutip Reuters, Senin (16/3).
Ortagus mengatakan Pompeo juga menyampaikan,”Amerika tidak akan menoleransi serangan atau ancaman terhadap jiwa warga AS dan akan mengambil tindakan tambahan yang diperlukan untuk membela diri.”
Komando Operasi Bersama Irak melaporkan ada 33 roket Katyusha yang menyasar markas Taji, yang menjadi tempat beroperasi pasukan AS. Komando juga menemukan tujuh alat peluncur roket dan 24 roket yang tidak sempat diluncurkan di sekitar area Abu Izam.
Militer Irak mengatakan beberapa tentaranya terluka serius. Pentagon mengatakan dua dari tiga tentara AS terluka serius dan dirawat di sebuah rumah sakit di Baghdad.
Kelompok paramiliter Iran secara rutin menyerang markas pasukan AS di Irak dan area sekitar kedutaan besar AS.
Sebaliknya, militer Amerika telah melakukan sejumlah serangan udara termasuk menggunakan drone MQ Reaper, yang menewaskan Jenderal Qassem Soleimani, yang memimpin pasukan elit Quds. Serangan militer AS juga menewaskan pendiri kelompok Kataib Hizbullah, Abu Mahdi al-Muhandis, pada Januari 2020.