AS Khawatir Ancaman Serangan Turki ke Suriah Berujung Ribuan Napi ISIS Kabur

AS Khawatir Ancaman Serangan Turki ke Suriah Berujung Ribuan Napi ISIS Kabur

Washington – Sekretaris Pers Pentagon Amerika Serikat (AS) Brigadir Jenderal Patrick Ryder khawatir dengan potensi serangan Turki ke militan Kurdi di Suriah dapat membuka akses teroris ISIS yang dipenjara.

Pasukan Kurdi Suriah (SDF) yang bekerja sama dengan AS, telah memenjarakan ribuan teroris ISIS dari lebih dari 50 negara di penjara di timur laut Suriah.

“Serangan udara baru-baru ini di Suriah secara langsung mengancam keselamatan personel AS yang bekerja di Suriah dengan mitra lokal untuk mengalahkan ISIS dan mempertahankan tahanan lebih dari 10.000 tahanan ISIS,” kata Sekretaris Pers Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder, dikutip AFP, Minggu (27/11).

Sebelumnya, Turki telah menyerang militan Kurdi Suriah melalui udara pada Minggu (20/11/2022).

Pada Senin (21/11/2022), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengisyaratkan kemungkinan serangan darat di Suriah utara dan Irak untuk menyerang militan Kurdi.

Konflik Turki dan militan Kurdi menimbulkan kekhawatiran bagi Pentagon yang saat ini mempertahankan 10 ribu tahanan ISIS di Suriah.

Serangan udara yang diluncurkan Turki pada 20 November menargetkan organisasi militer Kurdi Suriah Unit Pertahanan Rakyat (YPG) di Suriah dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Irak.

Menyusul serangan itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan kemungkinan serangan darat.

“Ini tidak terbatas hanya pada kampanye udara,” kata Erdogan.

“Kami akan berkonsultasi dengan kementerian pertahanan dan staf umum kami dan memutuskan bersama-sama pasukan darat kami perlu berkontribusi, kemudian mengambil langkah kami sesuai,” tambahnya.

Kementerian Pertahanan Turki mengatakan, serangan udara itu berhasil menewaskan 326 militan Kurdi. Hal ini telah menuai kritik Amerika atas kedekatan serangan ke pangkalan koalisi terdekat, di mana tentara AS ditempatkan.

Sementara itu, AS yang masih berada di tengah konflik Turki dan militan Kurdi di Suriah mulai mengurangi aktivitas militer.

“De-eskalasi segera diperlukan untuk mempertahankan fokus pada misi kekalahan-ISIS dan memastikan keselamatan dan keamanan personel di lapangan yang berkomitmen untuk misi kekalahan-ISIS,” katanya.