Washington – Amerika Serikat telah mengecam keras ledakan dahsyat di sebuah sekolah di Afghanistan yang menewaskan setidaknya 85 orang pada akhir pekan kemarin. Sebagian besar korban tewas dan luka adalah siswi sekolah menengah Sayed Ul Shuhada di distrik Dasht-e-Barchi.
Kelompok militan Taliban membantah terlibat, dan justru mengecam keras serangan tersebut.
“Situasi seputar pengeboman akhir pekan kemarin belum diketahui secara jelas. Tapi ada beberapa indikasi serangan tersebut terkait dengan ISIS, bukan Taliban,” ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price, dikutip dari laman Voice of America Senin (10/5).
“Kami masih mencari tahu siapa atau grup apa yang bertanggung jawab. Tapi ISIS sudah pernah melakukan beberapa serangan serupa terhadap komunitas Syiah di Kabul,” tambahnya.
Mengenai Taliban, Price mengonfirmasi bahwa kelompok tersebut telah membantah keterlibatan dalam serangan di Kabul. Ia juga mengapresiasi gestur Taliban yang telah mendeklarasikan gencatan senjata untuk perayaan Idulfitri tahun ini.
Meski begitu, ia meminta Taliban untuk menghormati deklarasi dan tidak kembali melakukan aksi kekerasan untuk jangka panjang. “Kami meminta Taliban memperpanjang gencatan senjata untuk mengurangi aksi kekerasan secara signifikan,” ungkapnya.
Pengeboman di sebuah sekolah di Kabul memicu kekhawatiran akan terjadinya lanjutan aksi kekerasan setelah pasukan AS dan NATO menarik diri dari Afghanistan.
Jika sesuai rencana, semua pasukan AS akan sudah meninggalkan Afghanistan pada 11 September mendatang.
Taliban sempat mengecam AS karena seharusnya penarikan semua pasukan sudah berakhir pada 1 Mei, sesuai dengan perjanjian yang disepakati grup tersebut dengan pemerintahan Donald Trump.