Tasikmalaya – Aparat lokal seperti Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas)dan Badan Pembina Desa (Babinsa) serta Lurah/Kepala Desa harus segera mengenali masyarakat yang terpapar paham radikal terorisme di wilayahnya. Penting , agar paham itu tidak menyebar luas di lingkungan masyarakat.
Hal itu diungkapkan mantan anggota jaringan teroris, ustad Abdurrahman Ayyub usai memberikan informasi pengalamannya sebagai anggota jaringan terorisme di acara Pembekalan dan Sinergitas Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Lurah dalam Mengantisipasi Terjadinya Aksi Teroris se Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Kamis (25/02/2016).
“Kita harus kenal dan waspadai ciri-ciri doktrin radikal terorisme yang biasanya mengkafirkan orang, membai’at atau menekankan jihad. Mereka juga anti NKRI. Kegiatan mereka biasanya bersifat rahasia ,” kata ustad Ayyub.
Dikatakan pria yang pernah menjadi pemimpin Jamaah Islamiyah (JI) wilayah Australia ini, hal tersebut harus dilakukan aparat setempat agar masalah radikalisme yang mengarah ke terorisme ini tidak makin berkembang di masyarakat.
Selain itu aparat setempat juga harus diberikan pemahaman ajaran yang benar agar tidak salah dalam menyampaikan ke masyarakat. Karena selama ini kelompok teroris selalu mengatasnamakan agama dalam menyebarkan agamanya.
“Kalau menyampaikan poin-poin harus dengan cara-cara yang benar. Misalnya bai’at itu memang ada dalam islam, tapi sebenarnya berlaku bagi khalifah atau pemimpin-pemimpin yang sudah sah. Juga dengan Jihad. Memang ada jihad dengan makna yang luas yakni baik dengan harta, dengan ilmu, shodaqoh. Bisa berjihad dengan dakwah, jihad berbakti kepada orang tua dan sebagainya,” ujarnya.
Pria yang pernah menimba ilmu militer di Akademi Militer Mujahidin Afganistan ini mengamati bahwa kekurangan aparat adalah kurang pekanya mereka saat mendeteksi kelompok teroris di wilayah mereka karena kurang menguasai materi.
Menurutnya, ada yang bilang anggota teroris itu memakai celana cingkrang, berjenggot dan rajin sholat di masjid. Ciri tersebut dinilainya tidak tepat. “Bukan seperti itu ciri-cirinya teroris itu. Itu tidak ada urusannya. Aparat juga harus belajar. Misalnya aparat pemberantasan narkotika, dia harus belajar jenis-jenis obat terlarang. Demikian pula dengan teroris seperti pengajian tertutup, tidak pernah berkomunikasi dengan warga sekitar dan masih banyak lagi,” ujarnya.
Dan dirinya sangat mengapresiasi kegiatan yang digelar BNPT kepada aparat pemerintah di tingkat level kelurahan ini. Kegiatan seperti ini menurutnya harus terus dilakukan, tidak hanya sekali dua kali, tapi harus berlanjut. Karena penyebaran doktrin radikal ektrim teroris sangat begitu cepat dan tepat apalagi didukung dengan media sosial dan sebagainya.
Kegiatan ini digelar di Hotel Santika, Tasikmalaya sejak Selasa (23/02/2016) sampai Jumat (26/02/2016) dan diikuti oleh 212 orang yang terdiri dari Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Lurah atau Kepala Desa di wilayah Kabupaten/kota Tasikmalaya.