Bekasi – Aparat pemerintah di wilayah terkecil mulai dari Babinsa, Bhabinkamtibmas dan Lurah harus bisa untuk bersama-sama dapat mengenali dan mengidentifikasi terhadap kelompok-kelompok yang berusaha memecah belah masyarakat yang berupaya untuk menyebarkan paham-paham radikalisme negatif seperti intoleransi, anti Pancasila, anti NKRI, penyebaran faham takfiri yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa. Dimana paham radikalisme negatif tersebut dapat berujung pada aksi terorisme
Hal tersebut dikatakan Kasubdit Kontra Propaganda (KP) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kolonel Pas. Drs. Sujatmiko, dalam paparannya saat menjadi narasumber pada acara Peningkatan Kemampuan Pemahaman pada Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Lurah dalam Penanggulangan Terorisme untuk wilayah Kota Bekasi.
Acara yang digelar oleh Subdit Pengembangan Sistem Operasi (Bangsisops) pada Direktorat Pembinaan Kemampuan di Kedeputian II bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT tersebut berlangsung di Bekasi, Rabu (28/7/2020).
“Sebagai ujung tombak di tingkat bawah dan yang berhadapan langsung dengan masyarakat tentunya bapak–bapak Babinsa, Bhabinkamtibmas dan Lurah sekalian harus peka terhadap situasi di lingkungan wilayahnya. Karena penyebaran paham radikalisme di lingkungan masyarakat sendiri saat ini sudah cukup tinggi,” ujar Kolonel Pas. Sujatmiko dalam paparannya
Lebih lanjut Kasubdit KP mengatakan, paham-paham yang disebarkan oleh kelompok tersebut tentunya saat ini sudah ada di lingkungan masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei mengatakan bahwa penyebaran paham radikalsime dan terorisme sudah masuk berbagai sektor, baik itu pendidikan bahkan hingga kalangan pemerintahan dan juga TNI maupun Polri.
“Apalagi yang menjadi incaran untuk disuspi paham-paham radikal pun juga beragam, mulai dari anak usia dini, pelajar, mahasiswa, orang dewasa dan bahkan tidak menutup kemungkinan aparat pemerintahan dan keamanan seperti TNI-Polri juga bisa menjadi sasaran kelompok tersebut,” ujar . alumni Sepa PK TNI tahun 1995 ini..
Karena pada dasarnya menurutnya, radikalisme itu tidak hanya bersumber dari persoalan-persoalan ekonomi atau masalah ketidakadilan. Tetapi juga bersumber dari masalah-masalah lainnya seperti dari paham keagamaan yang sempit dengan ingin menganti ideology bangsa ini.
“Akibat ulah dari segelintir kelompok yang ingin mengganti ideologi bangsa ini kalau tidak diantisipasi secara bersama tentu akan menjadi ancaman serius bangsa ini. Karena mereka melakukan pergerakan sangat halus sekali dan bahkan mambawa simbol agama. Untuk itu bapak-bapak harus bisa mewaspadai dan mengidentifikasi terhadap di lingkungan sekitarnya,” ujar mantan Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Lanud Sam Ratulangi Manado
Untuk itu mantan Komandan Batalyon Komando 466/Pasopati Paskhas TNI-AU ini meminta para aparat kewilayahan di lini bawah ini juga harus tahu pula ciri-ciri dan melakukan deteksi dini serta mewaspadai bagaimana kelompok-kelompok tersebut berusaha penyebarkan paham-paham radikal terorisme tersebut di masyarakat.
Selain itu menurutnya perlu juga adanya sosialisasi untuk membangun persamaan persepsi tentang paham radikal terorisme dan penanggulangannya di masyarakat. Selain itu pencegahan melalui media sosial juga harus dilakukan secara terbuka dan tertutup.
“Dan yang paling penting laksanakan juga parenting terhadap anak-anak kita ataupun keluarga kita saat berselancar di dunia maya. Karena dari data yang ada, banyak orang-orang yang terpapar paham radikal terorisme itu justru melalui dunia maya,” ujarnya
Untuk itu dirinya meminta kepada para audience yang merupakan aparat negara yang ada di masyarakat terkecil ini bisa melaksanakan dengan baik dan bisa lebih mengerti terhadap akar permasalahan radiaklisme terorisme ini.
“Hal ini tentunya mudah diucapkan, terutama untuk pelaku-pelaku yang ada di lapangan baik dari Babinsa, Bhabinkamtibnas, Lurah, Kepala Desa, tokoh agama dan juga tokoh masyarakat. Bapak-bapak adalah ujung tombak di lapangan. kata mantan Wakil Komandan Batalyon Komando 465/Bradjamusti Paskhas ini.
Untuk itu Kasubdit KP pun meminta para Babinsa, Bhabinkamtibmas dan Lurah bisa membangun Kohesi Sosial yaitu hubungan atau kerjasama yang harmonis antar masyarakat, aparat keamanan dan pemerintah daerah. Yang mana hal tersebut harus bisa dibangun bagaimana mewujudkan keamanan lingkungan dan masyarakat.
“Tentunya bapak-bapak juga perlu menciptakan kohesi di masyarakat agar memiliki pengertian yang sama mengenai ancaman terorisme dan bagaimana mencegah atau mengatasinya secara bersama. Harus punya niat yang kukuh untuk melaksanakan ini. Harus peduli dan harus bekerjasama,” ujar perwira menengah yang karir militernya banyak dihabiskan di Detasemen Bravo 90/Anti Teror Paskhas TNI-AU ini mengakhiri.
Sementara itu Direktur Pembinaan Kemampuan BNPT, Brigjen Pol. Drs. Imam Margono, dalam sambutannya saat menutup kegiatan tersebut kembali mengingatkan bahwa, sebagai aparat pemerintah yang ada di tingkat mayarakat bawah, Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan Lurah memainkan peran penting dalam penanggulangan terorisme, terutama dalam hal pencegahan.
“Karena bapak-bapak ini merupakan garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat. Karena bapak-bapak ini mengemban fungsi basis deteksi, dimana dalam hal ini baik Bhabinkamtibmas, Babinsa maupun Lurah melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk mendeteksi aktivitas kelompok radikal di wilayah. Untuk itu, kemampuan deteksi dini perlu ditingkatkan demi menekan penyebaran paham radikal terorisme dan aksi terorisme itu sendiri,” ujar Brigjen Pol Imam Margono.