Jakarta – Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta mengingatkan, kelompok radikal bisa mengambil kesempatan ketika semua elemen bangsa fokus menangani Pandemi Covid-19.
Untuk itu, ia meminta aparat keamanan seperti TNI, Polri, dan BIN ekstra waspada dan menutup celah bagi kelompok-kelompok radikal yang berpotensi membuat situasi nasional tidak kondusif di tengah pandemi Covid-19.
“Penanganan pandemi Covid-19 yang melibatkan TNI, Polri, dan BIN menjadi peluang bagi aktor-aktor yang ingin membuat gangguan. Aktor tersebut ingin memanfaatkan kelengahan aparat keamanan,” kata Stanislaus Riyanta dalam diskusi virtual bertajuk “New Normal: Indonesia Optimis dan Indonesia Terserah”, Kamis (4/6).
Menurut dia, kelompok-kelompok tersebut terus mencari celah di tengah kesibukan pemerintah memerangi pandemi COVID-19.
Apalagi dengan adanya tekanan ekonomi, kata dia, pemberlakukan pembatasan sosial yang berdampak pada terbatasnya kesempatan kerja menjadi isu yang didorong oleh aktor-aktor tertentu kepada masyarakat dengan tujuan menggerus ketaatan dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Ia menyebutkan gangguan keamanan yang sudah terjadi secara nyata adalah dari kelompok radikal yang melakukan aksi teror. Aksi teror terhadap petugas kepolisian di Poso oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), 15 April lalu.
Baru-baru saja, kata dia, terjadi serangan lone wolf di Polsek Daha Selatan, Kalimantan Selatan, 1 Juni lalu, menunjukkan bahwa kelompok teroris memanfaatkan celah kerawanan pada saat pandemi COVID-19 untuk menyerang aparat kepolisian.
“Ancaman dari kelompok pengusung ideologi khilafah juga terus terjadi. Penyebaran pamflet ideologi khilafah di Kupang menjadi salah satu bukti bahwa propaganda khilafah terus dilakukan,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan tingkat kriminalitas pada masa pandemi COVID-19 juga mengalami kenaikan, sebagaimana Polri menyatakan tingkat kriminalitas meningkat sebesar 19,72 persen selama pandemi virus corona.
Berbagai ancaman tersebut, kata dia, harus dicegah dan intelijen tidak boleh lengah karena aktor-aktor akan memanfaatkan berbagai celah kerawanan yang muncul karena pandemi COVID-19.
“Ruang informasi juga harus diisi oleh Pemerintah. Narasi positif harus dikembangkan untuk membangun kepercayaan masyarakat, rasa persatuan, gotong royong, dan hal-hal yang produktif lainnya sehingga pandemi COVID-19 di Indonesia segera berakhir,” katanya.