Antisipasi Ancaman Teroris, Sejumlah Anggota Kongres Serukan Badan Keamanan AS Ubah Arah Kebijakan

Antisipasi Ancaman Teroris, Sejumlah Anggota Kongres Serukan Badan Keamanan AS Ubah Arah Kebijakan

Washington DC – Sejumlah anggota Kongres dari Partai Republik
menyerukan agar badan-badan keamanan AS segera mengubah arah di bawah
kepemimpinan Presiden Donald Trump. Itu penting untuk menghadapi
ancaman-ancaman dari kelompok-kelompok teror seperti ISIS dan al-Qaeda
dengan lebih baik.

Komisi Keamanan Dalam Negeri DPR AS pada Rabu (22/1/2025) menyampaikan
hasil kajian terbaru terhadap potensi ancaman, dengan menyoroti
serangan penabrakan truk pada Hari Tahun Baru di New Orleans yang
menewaskan 14 orang; dan serangan terhadap delapan warga negara
Tajikistan pada Juni 2024 yang diduga terkait ISIS.

“Jangan salah paham, kita harus tetap waspada,” kata Ketua Komisi
Keamanan Dalam Negeri DPR yang juga anggota DPR dari Partai Republik
Mark Green.

“Serangan teroris di New Orleans adalah pengingat yang jelas bahwa
ancaman teror terhadap Amerika masih ada dan akan tetap ada.
Organisasi teroris asing dan jaringan jihadis di luar negeri tetap
berkomitmen untuk merekrut dan meradikalisasi individu di tanah AS,”
imbuh Green dikutip dari VOA.

Komentar Green mengingatkan kembali pada peringatan tahun 2023 yang
disampaikan Direktur Biro Penyidik Federal FBI saat itu Christopher
Wray, tak lama setelah serangan teror Hamas pada 7 Oktober 2023 di
Israel. Serangan itu menurut para pejabat tampaknya menginspirasi
kelompok-kelompok teror di seluruh dunia.

“Saya belum pernah melihat masa di mana semua ancaman, atau begitu
banyak ancaman, semuanya meningkat, semuanya pada waktu yang
bersamaan,” kata Wray.

Wray tahun lalu juga memperingatkan bahwa FBI mulai semakin khawatir
dengan potensi terjadinya serangan teror terkoordinir di wilayah
Amerika Serikat, sebagaimana serangan teror ISIS di sebuah tempat
pertunjukkan konser di Moskow pada Maret 2024.

Kajian itu merujuk pada bahaya terbesar yaitu individu yang tidak
selalu berafiliasi dengan kelompok teror yang sudah mapan.

“Ancaman akan terus dicirikan terutama oleh pelaku tunggal atau
sel-sel kecil yang termotivasi untuk melakukan kekerasan dengan
kombinasi kekecewaan karena faktor rasial, agama, gender, atau
anti-pemerintah; teori konspirasi; dan faktor-faktor pribadi,” kata
laporan itu.

Green menyalahkan peningkatan ancaman itu pada pemerintahan mantan
Presiden Joe Biden, dengan mengatakan kelompok-kelompok teror telah
semakin berani karena beberapa kesalahan dalam penanganan keamanan
empat tahun terakhir ini.

Sejumlah anggota Kongres dari Partai Demokrat juga menunjukkan
kekecewaan yang sama, dan mengatakan hingga saat ini berbagai
pandangan yang disampaikan komite itu tidak didukung oleh tindakan
nyata.

Salah seorang staf di Kongres menanggapi pernyataan Green mengatakan
mengapa mereka tidak melangsungkan sidang substantif tentang terorisme
asing dan ekstremisme di dalam negeri.

Sementara itu sebuah laporan yang dirilis Center for Strategic and
International Studies CSIS yang berkantor di Washington DC
memperingatkan bahwa meskipun ada alasan untuk khawatir tentang
eksploitasi dan ambisi kelompok-kelompok seperti ISIS dan Al Qaeda,
ancaman di dalam Amerika Serikat tampaknya tidak meningkat.

Laporan CSIS itu mendapati bahwa dari tahun 2020 hingga 2023,
rata-rata ada 38 serangan atau rencana serangan per tahun di AS.
Tetapi hanya 21 serangan atau rencana serangan yang terjadi pada 11
bulan pertama tahun 2024.