Jakarta – Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Yaqut Cholil Qoumas mengajak generasi muda atau generasi milenial agar membentengi diri dari kelompok radikal terorisme. Sebab jika dibiarkan, risikonya adalah terkoyaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Seruan Yaqut tersebut disampaikan saat menjadi keynote speaker pada Ansor Day Festival dengan tema Millenial Indonesia: Creative, Religious and Nationalist di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (29/4). Menurut Yaqut, untuk membentengi diri dari kelompok garis keras bisa dilakukan dengan kegiatan kolektif yang bermuara pada hal-hal positif.
“Dengan berkembangnya teknologi informasi sekarang, kolektivitas di kalangan anak muda jadi berkurang. Mereka lebih inten berhubungan dengan gadget, bahkan dengan orangtua pun seperti itu,” kata anggota Komisi VI DPR tersebut.
Padahal, kata Yaqut, kolektivitas bisa membentengi generasi muda dari gerakan kelompok radikal, anti-toleransi yang ingin mengubah negara kita dalam bentuk lain.
“Dengan kolektivitas, di antara kita bisa saling mengingatkan, kalau tidak sesuai dengan ajaran, perlu kita bendung,” tambahnya.
Belum lama ini, lanjut Yaqut, ada kelompok tertentu yang ingin menggelar Forum Khilafah Internasional di Jakarta. Pihak kepolisian tidak memberi izin lantaran setelah dianalisis intelijen, selain mendatangkan banyak massa, juga memiliki maksud mengubah ideologi negara Indonesia menjadi negara Islam.
Karena itulah, kata Yaqut, GP Ansor menggelar Ansor Day Festival dengan sasaran para kaum muda. “Ini adalah tradisi baru untuk mengenalkan Ansor, sekaligus mengajak generasi muda paham situasi dan kondisi negara,” tambahnya.
Di tempat yang sama, Komandan Densus 99 Nuruzzaman yang juga menjadi narasumber pada kegiatan itu mengungkapkan pihaknya terus memantau pergerakan kelompok radikal terorisme, terutama melalui dunia maya (media sosial). Dari pemantauan itu, Densus 99 menemukan adanya transaksi senjata dan pelatihan membuat bom. Bahkan dedengkos ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim mengeluarkan buku panduan membuat bom.
Namun pergerakan terorisme itu sedikit turun selama Pilkada serentak kemarin. Tapi masih ada akun yang konsisten membuat berita dan konnten-konten terorisme. Hal inilah yang membuat penting bicara generasi milenial, sebab contohnya pelaku bom bunuh diri di hotel JW Marriot dulu, adalah seorang pemuda berusia 19 tahun, yang notabene generasi milenial. Begitu juga pelaku bom Mapolresta Surakarta, penyerangn polisi di Tangerang, dan kemudian ‘pengantin’ perempuan bom panci di Bekasi.
“Mereka generasi milenial yang teradikalisasi melalui medsos. Jadi Mesos inilah yang menjadi alat kelompok radikal untuk merekrut anggotanya, tidak hanya digunakan untuk propaganda,” ungkap Nuruzzaman.
Untuk itu ia mengajak adik-adik generasi milenial untuk belajar agama secara benar dengan mendatangi kiai, ulama, atau ustad. Bukan belajar melalui google. Pasalnya, secanggih apapun google, faktanya masih sering justru menyesatkan. Misalnya google map, yang sering membuat orang kesasar akibat salah jalan.
Selain kedua narasumber itu, Ansor Day juga menghadirkan beberapa tokoh muda Ansor yang juga banyak memberikan inspirasi dan pengetahuan penting bagi para peserta. Mereka antara lain CEO Alvara Hasanudin Ali, pengamat ekonomi Sumantri Suwarno, pengusaha muda Towus Ainul Yaqin, penulis buku Generasi M, Yuswo Hadi, mojang Jawa Barat 2014 Salsabila Syaira, dan dosen UNJ Agus Wibowo, yang juga aktivitas Ansor. Acara itu juga dimeriahkan penampilan penyanyi Dara The Virgin, Komika Tomy Baban, K-Pop Dancer SHYNee.