Banyumas – Generasi Z sebagai kelompok orang yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 dikenal sebagai digital natives. Karena mereka tumbuh di era digital yang sudah mapan. Generasi Z ini dikenal dengan karakteristik seperti mahir teknologi, aktif menyuarakan pendapat dan bahkan sering kali memanfaatkan media sosial untuk berekspresi dan berkampanye.
Namun demikian generasi ini juga dianggap rentan terhadap berbagai isu global yang mereka hadapi seperti penyebaran paham radikalisme, intoleransi dan mudah termakan isu. Untuk itulah diperlukan adanya ruang dialog antara guru dan juga para siswa sekolah untuk membentengi para generasi muda dari pengaruh negatif.
Hal tersebut dikatakan anggota Komisi XIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS), H. Yanuar Arif Wibowo, SH., dalam Keynote Speechnya pada acara Dialog Kebangsaan bersama Satuan Pendidikan Tingkat SMA/SMK/MA dalam rangka Meningkatkan Toleransi dan Moderasi Beragama yang berlangsung di Pendopo Sipanji, Kabupaten Banyumas, Kamis (30/9/2025).
Acara Dialog Kebangsaan yang dihadiri tidak kurang dari 130 orang siswa dan 70 guru dari 38 SMA, SMK dan MA yang ada di Kabupaten Banyumas ini merupakan kolaborasi antara Komisi XIII DPR RI dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI).
“Kegiatan dialog ini berawal dari banyaknya kerusuhan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu. Setelah saya berdiskusi dengan Kapolresta Banyumas dan Kapolresta Cilacap, ternyata pelakunya banyak dari anak-anak sekolah. Hal inilah yang mendorong saya berkomunikasi dengan Kepala dan Sestama BNPT bahwa penting mengadakan kegiatan dialog damai ini kepala siswa siswi SMA dan para guru. Kita harus mempunyai atensi khusus kepada anak-anak muda untuk menjaga Indonesia,” ujar H. Yanuar Arif Wibowo, SH.
Dijelaskan Yanuar, ditengah geo politik global dan pertumbuhan penduduk global, bangsa Indonesia ini memiliki keuntungan bonus demografi. Dimana bonus demografi usia produktif di Indonesia porsinya paling besar.
“Jumlah anak muda usia produktif hampir 60 persen. Energi anak muda sangat luar biasa sehingga harus diarahkan dengan baik, namun satu sisi menjadi peluang, satu sisi menjadi ancaman.
Jika tidak bisa dikelola dengan baik, tentu anak muda ini akan menjadi ancaman,” ujarnya.
Menurutnya, anak muda ini adalah kekuatan untuk Indonesia karena karakter mereka, bukan hanya usia maupun bukan hanya populasi semata, tetapi mereka adalah native digital dalam kehidupan sehari hari. Sehingga anak-anak muda ini mampu menguasai teknologi, kreatif, inofatif, adaptif terhadap perubahan.
Walaupun adaptif, generasi Z ini harus berhati-hati terhadap kemajuan teknologi tersebut jangan sampai jadi boomerang. Konten yang mengandung kekersan, radikal terorisme, pornografi dan lain lain akan berbahaya generasi muda ini jika mudah terpengaruh.
“Kalau saya amati selama ini Generasi Z ini bisa dibilang adalah generasi 30 detik. Karena mereka melihat sosial media hanya cuma dengan 30 detik dan langsung percaya. Setelah dilihat lihat pemecah belah bangsa adalah algoritma. Pikiran kita ini dibaca oleh Algoritma. Algoritma ini berbahaya jika kita tidak memahaminya,” ucapnya.
Oleh karena itu dirinya meminta kepada para Generasi Z agar media sosial menjadi alat utama dalam membangun jejaring, kolaborasi dan menyuarakan isu persatuan atau menjadi agen persatuan.
“Pendidikan karakter, literasi digital, dan lingkungan yang mendukung inklusi sangat penting untuk memaksimalkan peran Generasi Z sebagai agen persatuan. Keterlibatan keluarga, institusi pendidikan, dan kebijakan publik yang adaptif juga menjadi faktor kunci,” ujarnya.
Menurutnya, keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia seperti bermacam-macamnya suku, rasa, bahasa, agama adalah sebuah kekayaan dan mejadi identitas bangsa Indonesia dalam menciptakan persatuan dan kemajuan bangsa. Karena keberagaman yang ada di Indonesia ini tidaklah dimiliki oleh nagara-negara lain
“Karena dengan merawat dan menghargai keberagaman adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang damai , inklusif dan sejahtera. Kearifan lokal, budaya, etika harus dipegang teguh para generasi Z ini. Sepandai apaun kita harus menjaga nilai nilai budaya tersebut,” ucapnya mengingatkan.
Dirinya meminta kepada para Generasi Z untuk memiliki pemahaman tentang keberagaman yang dimiliki bangsa ini. Dimana semua keberagaman itu disatukan dalam Ideologi Pancasila. Dimana Indonesia ini bukanlah negara agama tapi negara beragama, dimana ada enam agama yang diakui resmi di Indoensia.
“Dengan keberagaman agama yang ada di Indonesia kita harus saling tolerennsi, gotong royong dan saling menghormati. Keberagaman bisa dirajut dengan Pancasila. Inilah yang menjadi kekuatan kita
Dengan Pancasila, Indonesia dipersatukan dan ini adalah maha karya founding fathers kita. Kita patut menyuskuri dengan 4 pilar yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi pagar sehingga Indonesia kokoh,” ujarnya.
Tak lupa, Yanuar pun juga menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada BNPT yanhg tak henti hentinya untuk terus rajin turun ke masyarakay dengan memberikan pemahaman bagaimana mencegah berkembangnya paham radikal terorisme.
“Walaupun selama tiga tahun ini Indonesia ‘Zero Terrorist Attack’, tetapi kita tetap harus tetap waspada. BNPT dan kami dari DPR RI terus berusaha untuk menjaga Indonesia,” katanya mengakhiri.
Sementara itu dalam sesi Dialog tersebut menghadirkan narasumber Direktur Pengkajian Ideologi dan Politik Lemhannas RI, Brigjen TNI Aloysius Nugroho Santoso, SE., MM., Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono, SH., M. Krim., Akademisi dari Universitas Prof Dr. Hamka (Uhamka) Muhammad Abdullah Darraz, dan mitra deradikalisasi eks. Anggota Jamaah Islamiyah (JI), Suyono. Sesi dialog ini dipandu Redaktur Pelaksana Pusat Media Damai (PMD) BNPT, Abdul Malik, MA., selaku moderator
Turut hadir mendampingi Prof Irfan Idris dalam acara dialog tersebut yakni, Direktur Deradikalisasi, Brigjen Pol Iwan Ristyanto, S.Ik, Kasubdit Bina Dalam Lapas, Kolonel Mar. Wahyu Herawan beserta jajaran staf. Lalu diri pihak Pemerintah Kabupaten Banyumas yakni Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasat Pol PP), Sugeng Amin, SH., MH., yang mewakili Bupati Banyumas yang berhalangan hadir serta jajaran perwakilan Forkopimda Kabupaten Banyumas. Hadir pula Wakil Ketua III DPRD Kabupaten Banyumas, Joko Pramono,SE.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!